Musik ini pengantar bacaanmu di blog RDM
* Hati-Hati Virus Merah Jambu..
Pagi itu, handphone kesayangan
seorang ukhti berbunyi.
"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti ".
Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya..?
Sender : Akhwat...+6281349696xxx
Senyumpun tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi. 1 sms lagi masuk.
"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti"
Sender : Ikhwan...+628179823xxx
Dia..! Akhirnya yg ditunggu2 itu sms juga. Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar pula.
Cerita di atas tadi sebaris gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sangat dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya.
Mari kita cermati fenomena terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir atau ulang tahun. SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.
Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.
Dan akhirnya, cerita2 dari sms tadi terus berlanjut.
Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???
Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!
Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.
Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Wallahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi setelah samapi ke penerima ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.
Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.
Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu wahai Ikhwan. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.
Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama seorang akhwat. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena DIA, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.
Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Mereka mengubah warna huruf sms itu dari hitam di pandangan mata, menjadi merah muda ketika dibaca si penerima. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!
Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya islami untuk mereka. Dakwahmulah yg mereka tunggu.
Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan buat kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta ini.
Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk saat indah itu.
Yakinlah akan datang saatnya sebuah SMS yg akan menjadikanmu laksana bidadari bumi:
"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti ".
Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya..?
Sender : Akhwat...+6281349696xxx
Senyumpun tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi. 1 sms lagi masuk.
"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti"
Sender : Ikhwan...+628179823xxx
Dia..! Akhirnya yg ditunggu2 itu sms juga. Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar pula.
Cerita di atas tadi sebaris gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sangat dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya.
Mari kita cermati fenomena terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir atau ulang tahun. SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.
Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.
Dan akhirnya, cerita2 dari sms tadi terus berlanjut.
Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???
Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!
Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.
Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Wallahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi setelah samapi ke penerima ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.
Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.
Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu wahai Ikhwan. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.
Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama seorang akhwat. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena DIA, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.
Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Mereka mengubah warna huruf sms itu dari hitam di pandangan mata, menjadi merah muda ketika dibaca si penerima. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!
Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya islami untuk mereka. Dakwahmulah yg mereka tunggu.
Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan buat kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta ini.
Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk saat indah itu.
Yakinlah akan datang saatnya sebuah SMS yg akan menjadikanmu laksana bidadari bumi:
"Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di
kampus A. Di depan abi ada berjejer bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak
ada yang secantik bidadariku di rumah. Miss u my sweety..."
Kemudian kita balas: “Abi, yang teguh ya pangeranku, setelah ngisi taklim segeralah pulang. Umi memasak makanan kesukaanmu. Rumah ini terasa gersang jika umi makan tanpa memandang teduh wajahmu. Luv you Abi..”
Ya, hanya untuk dia ( suami / istri ) kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS yg paling merah muda...
Satu saat insaallah itu akan terjadi, tunggulah untuk saat indah itu sahabatku..
Kemudian kita balas: “Abi, yang teguh ya pangeranku, setelah ngisi taklim segeralah pulang. Umi memasak makanan kesukaanmu. Rumah ini terasa gersang jika umi makan tanpa memandang teduh wajahmu. Luv you Abi..”
Ya, hanya untuk dia ( suami / istri ) kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS yg paling merah muda...
Satu saat insaallah itu akan terjadi, tunggulah untuk saat indah itu sahabatku..
RENUNGAN : Kisah Hasan Basri dan Gadis Kecil
Sore itu Hasan al-Bashri sedang duduk-duduk di teras
rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin. Tak lama setelah ia duduk
bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah
keranda jenazah yang sedang diusung berjalan gadis kecil sambil terisak-isak.
Rambutnya tampak kusut dan terurai, tak beraturan.
Al-Bashri tertarik melihat penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan
turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu. Di antara
tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya.
“Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini.” Hasan al-Bashri
menyahut ucapan sang gadis kecil, “Ayahmu juga sebelumnya tak mengalami
peristiwa seperti ini.”
Keesokan harinya, usai salat
subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya
Al-Bashri duduk di teras rumahnya. Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin
melintas ke arah makam ayahnya. “Gadis kecil yang bijak,” gumam Al-Bashri. “Aku
akan ikuti gadis kecil itu.”
Gadis kecil itu tiba di makam
ayahnya. Al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-geriknya secara
diam-diam. Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam. Ia
menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu. Sejurus kemudian, ia meratap
dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.
“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian
dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu,
semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar,
kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin
malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang
memberimu minum tadi malam?
“ Ayah, Kemarin malam aku
membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa
nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?. Kemarin malam aku yang
menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu,
siapakah yang memperhatikanmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut
penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan,
siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka
macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?”
Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak
tahan menahan tangisnya. Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu
menyambut kata-kata gadis kecil itu.
“Hai, gadis kecil jangan berkata seperti itu. Tetapi,
ucapkanlah: “Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti
itu atau telah berubah, Ayah? Kami
kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkah
kain kafan itu, atau telah tercabik-cabik, Ayah? Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan
yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?.
“Ulama mengatakan bahwa hamba
yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak
menjawab. Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawabkan
imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya?”
“Ulama mengatakan bahwa mereka
yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari
neraka. Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?”
“Ulama mengatakan bahwa kubur
sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka. Kubur kadang membelai orang mati
seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sebagai tulang-belulang
berserakan. Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?”
“Ayah, kata ulama, orang yang
dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik waktu didunia. Orang
yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya. Apakah engkau menyesal karena
kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?”
“Jika kupanggil, engkau selalu
menyahut. Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak
bisa mendengar sahutanmu, Ayah?”
“Ayah, engkau sudah tiada. Aku
sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti. Wahai Allah,
janganlah Kau rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti.”
Gadis kecil itu menengok kepada
Hasan al-Bashri seraya berkata,” Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa
baik bimbingan yang telah kuterima. Engkau ingatkan aku dari lelap lalai.”
Kemudian, Hasan al-Bashri dan
gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka pulang sembari berderai tangis.
RENUNGAN : INI BUKAN CINTA.
Bismillaah..
Sepertinya aku sudah gila. Aku jatuh cinta disaat yg tidak
tepat. Sebenarnya ini sangat memalukan untuk kukatakan padamu. Ingin kutanyakan
obatnya, tapi aku sudah tahu jawabannya. Aku harus banyak berpuasa untuk
menahan nafsu dan menambah rekaat sholat malam.
Benar kan? Aku sudah melakukannya. Tapi kenapa aku malah
sangat kecewa saat mendengar dia mau menikah? Tolong, hati aku sakit. Ini bukan
CINTA, tapi NAFSU SETAN yg menyeretku.
Dan jawaban Tuhan yg dibisikkan kedalam hati nuraniku berucap:
“Engkau sudah tahu obatnya,hambaKU. Perbanyaklah dzikir,
agar cintamu makin meluas hanya untukKU. Aku mengetahui apa yg kau rasakan. Aku
tidak memberi cobaan kepada hambaU tanpa ia sanggup memikulnya. Aku tahu kau
sulit menjalaninya. Tapi hal itu akan lebih mendekatkanmu kepadaKU. Selama kau
memerangi rasa cintamu kepada hambaKU yg lain yg belum Aku halalkan untukmu,
maka kau sedang menimbun pahala jihadmu. dan pahala itu akan kau dapatkan
disisiKU. Dan ingatlah, AKU tak pernah beranjak dari sisimu, kecuali engkau
yang meninggalkanKU”.
Aku terdiam mendengar jawaban hati nuraniku. Akupun mengucap
lirih dalam doa:
“Yaa Allah yang maha membolak-balikkan hati, saya selalu
mengira bahwa saya sanggup mengakarkan gadhul basher di mata, hati, dan pikirn
saya. Tapi sejenak saat saya berpaling dari bisikan neraka, saya sekaligus
terjerat di jaring yg bernama ketidakberdayaan diri sebagai hambaMu yg lemah”.
Lalu saya tegarkan dalam hati dan mulai mempercayakan
ketakberdayaan itu untuk merusak benteng iman saya: Bahwa Kekasih saya hanya
Allah saja..!!!
Saya cukup paham solusi terakhir yg biasa ditakdirkan kepada
hamba yg benar-benar hanya bertekad mencintai Khaliknya: PUTUSKAN HUBUNGAN
ASMARA YG BELUM HALAL DENGAN ANAK ADAM. ITU SAJA SOLUSINYA…!!!
Langganan:
Postingan (Atom)