Musik ini pengantar bacaanmu di blog RDM

CINTA..Berjuta Rasanya..!






Cinta..Berjuta rasanya (1)

Cinta itu memberi, BUKAN menuntut.
Cinta itu menghargai, BUKAN menggerayangi.
Cinta itu menghidupkan hati yg mati, BUKAN mematikan hati yg hidup.
Cinta itu sakit yg kau jadikan nikmat, BUKAN nikmat yg membuat kau sakit.
Cinta itu raja tanpa mahkota, maka engkau tidak selalu hrus menuruti keinginannya.
Cinta itu buta dan tuli, KARENA itu engkau perlu akal utk berpikir dan hati utk menimbang.
Cinta itu adlh pernikahan, BUKAN pacaran.

'Tak ada yg lebih indah dari dua orang yg saling mencintai selain pernikahan' (HR.Tirmidzi).

Cinta adalah energi jiwa yg dahsyat, yg bukan saja menjadi rahim yg melahirkan keharmonisan dalam rumah tangga, tempat kerja dan organisasi, tetapi juga dalam masyarakat dan kemanusiaan.
Cinta mencerahkan kehidupan kita, dan menjadikannya nyaman untuk diresapi.
Cinta adl kumpulan dari semua keinginan baik pada orang lain. krn itu, ia mengejewantah dlm beberapa sikap: perhatian, penumbuhan, perawatan dan perlindungan..
ehhmm berjuta rasanya.. ^.^

"Bukanlah dari golongan kami, orang yg tidak mau menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda, serta tidak menyuruh berbuat baik, dan tidak melarang berbuat mungkar (aniaya/keburukan/maksiat)". (HR. Ahmad, dan Tirmidzi )



Cinta..Berjuta Rasanya (2)

Cinta itu manis..karena ada kata2 bak pujangga disana, ada wajah yg penuh jerawat jg dibilang cantik..:p
Cinta itu Asam..karena ada wajah yg ditekuk ketika ngambek, ada yg tiba2 pengin rujak mangga yg asem (apa ya artinya yaa..? *.^)
Cinta itu Asin..karena ada byk gadis perawan yg masakannya selalu uuuasin melulu. (maksud lo..? :D )
Cinta itu Pahit.. karena ada ujian dan penderitaan disana.
Cinta itu..raja tanpa mahkota.
Cinta itu..sanggup menghidupkan hati yg mati, dan sanggup mematikan hati yg hidup.
Cinta itu..ketika penderitaan dan perih kau jadikan nikmat.
Karena CINTA itu...Berjuta Rasanya

Minta Izin dalam Menikahkan Wanita






Bismillaah..


Imam Bukhari membuat bab dalam kitab shahihnya: 'Tidak boleh seorang ayah atau wali lainnya menikahkan gadis dan janda kecuali dgn keridhaannya'.

Kemudian Imam Bukhari berkata,'Telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Fadlalah, dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abi Salamah, bahwasanya Abu Hurairah mengkabarkan kpada mereka tentang sabda rasulullah :
'Tidak boleh menikahkan seorang janda sampai dia diajak musyawarah (diminta pendapat) dan tidak boleh menikahkan seorang gadis sampai dimintai izinnya'.

Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana izinnya seorang gadis? Beliau berkata, 'dengan diamnya'.

Aisyah r.a berkata, 'Aku bertanya kpd Rasulullah tentang seorang gadis yang dinikahkan keluarganya, apakah dia dimintai pendapat atau tidak? Maka Rasulullah bersabda: 'Ya, dia dimintai pendapatnya'. Aisyah berkata, “Gadis itu biasanya malu." Rasulullah bersabda, “Yang demikian itu adalah izinnya bila dia diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Abbas berkata bahwasanya Nabi Saw berkata :
“Janda itu lebih berhak terhadap dirinya daripada walinya. Dan gadis itu diminta pendapat jika hendak dinikahkan, dan izinnya adalah dengan diam.

Aisyah juga mengkhabarkan dari Nabi tentang sabda beliau, “Mintalah pendapat wanita pada sikap malu-malu mereka. Maka dikatakan,'Gadis itu biasanya malu dan diam'. Lalu rasul bersabda, “Itulah izinnya." (HR. An Nasaa’i))


Menolak Nikah Paksa

Imam Bukhari membuat bab tersendiri tentang hal ini dalam shahihnya “apabila seorang wanita dinikahkan oleh walinya dalam keadaan dia tidak suka, maka nikahnya itu tertolak. Kemudian beliau berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdurrahman ibnul Qasim dari bapaknya dari Abdurrahman dan Mujamma’, keduanya putra Yazid bin Jariyah,dari Khansa’ bintu Khidam Al Anshariyah. Khansa yang telah menjanda ini dinikahkan oleh ayahnya, namun dia tidak suka dengan pernikahan tersebut, maka dia mendatangi Rasulullah mengajukan perkaranya, Rasulullah pun menolak pernikahan tersebut.

Abu Buraidah mengkhabarkan dari ayahnya yang bertutur, Telah datang seorang pemudi menemui Rasulullah lalu ia mengadu,'Ayahku telah menikahkan aku dengan putera saudaranya untuk mengangkat kemiskinan dan kerendahan yang ada padanya'.
Maka Rasulullahpun menyerahkan perkara itu kepada wanita itu, bila dia mau dia lanjutkan, bila tidak, maka dia bisa menolak pernikahan itu. Maka wanita tadi berkata, “Sungguh aku telah membolehkan ayahku terhadap apa yang dia perbuat, akan tetapi aku ingin kaum wanita itu tahu bahwasanya ayah-ayah mereka tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun dalam urusan pernikahan mereka." (HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih)


Menawarkan Wanita Kepada Orang Yang Baik

Imam Bukhari membuat bab dalam Shahihnya “Bab tentang yg Seseorang menawarkan putrinya atau saudara perempuannya kepada laki-laki yang baik.”

Beliau berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdillah, dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Saad dari Shalih bin Kisan dari Ibnu Syihab, dia mengatakan, Telah mengkabarkan kepadaku Salim bin Abdillah bahwasanya Abdullah bin Umar menyampaikan hadits tentang Umar Ibnul Khaththab, ketika Hafshah menjanda karena meninggalnya suaminya Khunais bin Hudzafah As Sahmi, salah seorang sahabat Rasulullah yang meninggal di Madinah.

Umar ibnul Khaththab bertutur : “Aku mendatangi Utsman bin Affan untuk menawarkan Hafshah kepadanya. Utsman berkata, “Aku akan melihat perkaraku.” Umar berkata, “Aku pun menunggu beberapa malam. Kemudian Utsman menjumpaiku seraya berkata, “Tampak bagiku sepertinya aku tidak akan menikah dulu pada hari-hariku ini.” Umar berkata, “Lalu aku menjumpai Abu Bakr dengan menyatakan, “Kalau engkau mau, aku nikahkan engkau dengan Hafshah bintu Umar.”

Maka Abu Bakar diam tidak memberikan jawaban apapun. Aku mendapatkan diriku lebih marah kepada Abu Bakar daripada kepada Utsman. Aku diam beberapa malam menunggu, ternyata Rasulullah melamar Hafshah, maka aku nikahkan Hafshah dengan Rasulullah.

Lalu Abu Bakar As Shiddiq menjumpaiku dengan berkata, “Mungkin engkau akan marah kepadaku ketika engkau tawarkan Hafshah aku tidak menjawab apa yang engkau tawarkan kecuali karena aku tahu bahwasanya Rasulullah menyebut-nyebut Hafshah dan aku tidak suka menyebarkan rahasia beliau. Seandainya Rasulullah meninggalkan keinginan untuk menikahi Hafshah, maka aku akan menerima Hafshah.”

Imam Bukhari juga meriwayatkan dalam Shahihnya (No 5107) dari hadits Ummu Habibah, dia berkata, “Ya Rasulullah, nikahilah saudara perempuanku, putrinya Abu Sufyan.” Maka Rasulullah berkata, “Apakah engkau menyukai hal itu?” Aku katakan, “Iya. Bukan maksudku ingin menjauh darimu. Namun aku suka agar saudara perempuanku menyertaiku dalam kebaikan.”
Rasulullah bersabda, “Yang demikian itu tidak halal bagiku.”
Maka aku katakan, “Ya Rasulullah, demi Allah kami berbicara bahwasanya engkau ingin menikahi Durrah bintu Abi Salamah” Rasulullah bertanya, “Putrinya Ummu Salamah?” Aku katakan, “Ya.” Beliau bersabda, “Demi Allah, seandaimya pun Durrah itu tidak dalam pemeliharaanku, maka dia tidak halal bagiku karena dia putra saudaraku sepersusuan. Aku dan Abu Salamah pernah disusui oleh Tsuwaibah. Janganlah kalian tawarkan kepadaku putri-putri kalian dan saudara-saudara perempuan kalian.”

Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya (No. 1446) dari sayyidina Ali , dia mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau memilih wanita dari kalangan Quraisy dan meninggalkan wanita kita?” Kata Rasulullah, “Apakah di sisi kalian ada wanita yang bisa aku nikahi?” Aku katakan, “Ya, putrinya Hamzah.” Rasulullah bersabda, “Ia tidak halal bagiku karena ia putri saudara sepersusuan'.


Wallahualam bishowab.


(Dirangkum dari: Syarah hadist bukhari)

Say..Kita Jadian Yuk..?!

1. Say..Kita Jadian Yuk..?!

Say..
aku maunya bukan hanya cinta-cintaan…cinta yg belum beneran..mau gak kita sedikit serius..? kan kita sudah besar…jadinyaa bisa cinta yang beneran… bukan cinta yang palsu…Yuk kita jadian..?!

Sadar gak say..
aku suka liat kamu tertangkap basah olehku…sedang menatapku tanpa berkedip..jadi salah tingkah juga diriku..maluuuuu..
Yaaa…aku tahu juga…didepanku kamu pura2 mikir tapi tatapan matamu gak mungkin bisa berdusta…maka biarlah aku yang mulai…drpd bingung, kita jadian yaa…?!

Say..
sadarkah kamu kalau wajahmu selalu terbayang di dalam hidupku, di setiap langkah2 kakiku..aku ingin aku jadi milikmu..
aku gak ingin sedih kehilanganmu, gak ingin air mata mengalir karena kangen, gak ingin jantungku berhenti berdetak untuk dipaksa melupakanmu..hiks miliki aku say.
so..kita jadian aja yuk?

Cerita cinta kita berdua menjadi cinta pertama dan terakhir..kita ukir berdua..menjalin cinta dan sayang, saling peluk dan cium, menyatu sehati sejiwa raga…terimalah cintaku sayang…aku tidak akan pernah menyakitimu..aku begitu menyayangimu..ikatan tali cinta tlah kita buat..abadi selamanya dengan segala apa adanya..

Aku merasa bahagia telah menemukan dirimu kasih..tutup lembaran lama..peluklah aku selalu dan pastikan musik cinta selalu kita dengarkan berdua.

===>> GOMBAL MUKIYO. BOONG BANGET..:P :P :P


2. Neng, Kita Nikah Yuk..!

Abang : Neng, kita nikah yuk?
Eneng : tapi aku kan masih kuliah bang...
Abang : ya udah, kita nikahnya nanti hari minggu aja, pas kamu libur !!! atau pas kamu libur semesteran. oke..? oke sip.
Eneng : tapi bang...???
Abang : gak ada tapi-tapian. kamu diajak nikah gak mau alasannya masih kuliah.
Berarti kamu mau nikahnya pas libur kan? oke, aku tunggu kamu libur kuliah. kalau gak mau juga kita putus. TITIK !

===>> NGAJAK NIKAH KOK MAKSA..! :D


3. Dek, Mau Yang Halal atau Haram?

Ikhwan: Ukh, kira2 sudah berapa lama ya kita bersahabat di harokah ini?
Akhwat: emm,,,ada mungkin satu tahun akh. Limadza akhi..?
Ikhwan: Kalau persahabatan kita ini kita halalkan lagi gimana menurut ukhti?
Akhwat: maksudnya akh..?
Ikhwan: Ukhti mau gak selamanya persahabatan ini jadi haram krn kita berdua bukan mahrom?
Alhwat: Gak mau...!
Ikhwan: Kalau bgitu mari persahabatan ini kita halalkan dgn menikah. gimana ukh..?
Akhwat: Antum berani datang kerumah menemui abi ana..?
Ikhwan: Pertanyaan itu yg selalu ana tunggu ukh. Siapa takut, skarang jg kita temui abi ukhti. ana akan mengkhitbah anti kepada abi anti. oke...?
Akhwat: tafadhol akh. ayuk....

===>> IKHWAN SEJATI TIDAK PERNAH AKAN MENGGOMBAL ! NOT TALK ONLY, BUT DO MORE.


How about you...? :B

Tata Cara Mandi Haid dan Mandi Junub




Diringkas dari majalah As Sunah Edisi 04/Th.IV/1420-2000, oleh Ummu ‘Athiyah


Haid adalah salah satu najis yang menghalangi wanita untuk melaksanakan ibadah sholat dan puasa (pembahasan mengenai hukum-hukum seputar haidh telah disebutkan dalam beberapa edisi yang lalu), maka setelah selesai haidh kita harus bersuci dengan cara yang lebih dikenal dengan sebutan mandi haid.


Agar ibadah kita diterima Allah maka dalam melaksanakan salah satu ajaran islam ini, kita harus melaksanakannya sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan Rasulullah telah menyebutkan tata cara mandi haid dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Aisyah  bahwa Asma’ binti Syakal bertanya kepada Rasulullah  tentang mandi haidh, maka beliau bersabda:

“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr seperti: sabun dan semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).”

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mandi dari haid. Maka beliau memerintahkannya tata cara bersuci, beliau bersabda:

“Hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi minyak wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata: “Bagaimana caranya aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah bersucilah!” Maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata: “Ikutilah (usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya(potongan kain/kapas).” (HR. Muslim: 332)

An-Nawawi rahimahullah berkata (1/628): “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).” Beliau berkata (1/627): “Diantara sunah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’: 117 juz: 1).

Syaikh Mushthafa Al-’Adawy berkata: “Wajib bagi wanita untuk memastikan sampainya air ke pangkal rambutnya pada waktu mandinya dari haidh baik dengan menguraikan jalinan rambut atau tidak.Apabila air tidak dapat sampai pada pangkal rambut kecuali dengan menguraikan jalinan rambut maka dia (wanita tersebut) menguraikannya-bukan karena menguraikan jalinan rambut adalah wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal rambutnya, Wallahu A’lam.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hal: 121-122 juz: 1 cet: Daar As-Sunah).

Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haidh untuk mandi dengan membersihkan seluruh anggota badan; minimal dengan menyiramkan air ke seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya; dan yang lebih utama adalah dengan tata cara mandi yang terdapat dalam hadits Nabi , ringkasnya sebagai berikut:

Wanita tersebut mengambil air dan sabunnya, kemudian berwudhu’ dan membaguskan wudhu’nya.
Menyiramkan air ke atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air dapat sampai pada tempat tumbuhnya rambut. Dalam hal ini tidak wajib baginya untuk menguraikan jalinan rambut kecuali apabila dengan menguraikan jalinan akan dapat membantu sampainya air ke tempat tumbuhnya rambut (kulit kepala).
Menyiramkan air ke badannya.
Mengambil secarik kain atau kapas(atau semisalnya) lalu diberi minyak wangi kasturi atau semisalnya kemudian mengusap bekas darah (farji) dengannya.


TATA CARA MANDI JUNUB BAGI WANITA

Dari ‘Aisyah, beliau berkata:

“Kami ( istri-istri Nabi) apabila salah seorang diantara kami junub, maka dia mengambil (air) dengan kedua telapak tangannya tiga kali lalu menyiramkannya di atas kepalanya, kemudian dia mengambil air dengan satu tangannya lalu menyiramkannya ke bagian tubuh kanan dan dengan tangannya yang lain ke bagian tubuh yang kiri.” (Hadits Shahih riwayat Bukhari: 277 dan Abu Dawud: 253)

Seorang wanita tidak wajib menguraikan (melepaskan) jalinan rambutnya ketika mandi karena junub, berdasarkan hadits berikut:

Dari Ummu Salamah berkata:

Aku (Ummu Salamah) berkata: “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang wanita, aku menguatkan jalinan rambutku, maka apakah aku harus menguraikannya untuk mandi karena junub?” Beliau bersabda: “Tidak, cukup bagimu menuangkan air ke atas kepalamu tiga kali kemudian engkau mengguyurkan air ke badanmu, kemudian engkau bersuci.” (Hadits Shahih riwayat Muslim, Abu Dawud: 251, an-Nasaai: 1/131, Tirmidzi:1/176, hadits: 105 dan dia berkata: “Hadits Hasan shahih,” Ibnu Majah: 603)



Ringkasan tentang mandi junub bagi wanita adalah:

Seorang wanita mengambil airnya, kemudian berwudhu dan membaguskan wudhu’nya (dimulai dengan bagian yang kanan).
Menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali.
Menggosok-gosok kepalanya sehingga air sampai pada pangkal rambutnya.
Mengguyurkan air ke badan dimulai dengan bagian yang kanan kemudian bagian yang kiri.
Tidak wajib membuka jalinan rambut ketika mandi.
Tata cara mandi yang disebutkan itu tidaklah wajib, akan tetapi disukai karena diambil dari sejumlah hadits-hadits Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apabila dia mengurangi tata cara mandi sebagaimana yang disebutkan, dengan syarat air mengenai (menyirami) seluruh badannya, maka hal itu telah mencukupinya. Wallahu A’lam bish-shawab.

'Mengapa Wanita Lebih Banyak Masuk Neraka?'



Bismillaah..

Allah berfirman : “Hai orang2 yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, ya
ng keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs.At Tahrim : 6)


Kedahsyatan dan kengerian neraka juga dinyatakan Rasulullah di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah bahwasanya beliau bersabda : 'Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu bagian dari 70 bagian neraka Jahanam. (Shahihul Jami’ 6618)

Didalam haditsnya, Rasullah menyatakan bahwa banyaknya wanita masuk neraka dikarenakan durhakanya wanita2 tersebut kpd suaminya. Banyak perbuatannya yg menyakiti/mendzhalimi suami.
Tentang hal ini, Rasulullah bersabda : 'Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang2 fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita' (HR. Bukhari-muslim)

dan hal yg menjadi penyebab paling banyak dari kebanyakan wanita penghuni neraka adalah...KARENA KUFUR (DURHAKA) TERHADAP SUAMI !

Lalu apa sajakah kedurhakaan wanita terhadap suami?

Perhatikan hadist2 berikut:

1. 'Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya' (HR. Nasa’i )

2. 'Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syari) maka haram baginya wangi Surga' (HR. Abu Daud dan Tirmidzi )

3. 'Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.
Shahabat pun bertanya : “Mengapa wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab : “Karena kekufuran mereka.”
Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap suami2 mereka, kufur terhadap kebaikan2nya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari)

4. ' … dan wanita2 yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

5. 'Kebanyakan ahli neraka adalah terdiri daripada kaum wanita.” Maka menangislah mereka dan bertanya salah seorang daripada mereka: “Mengapa terjadi demikian, adakah karena mereka berzina atau membunuh anak atau kafir ?”
rasul menjawab : “Tidak, mereka ini ialah wanita yang menggunakan lidah utk menyakiti hati suami dan tidak bersyukur akan nikmat yang disediakan oleh suaminya.” (HR. Muslim)

6. 'Apabila perempuan keluar rumah, sedangkan suaminya membencinya, dia dilaknat oleh semua malaikat di langit, dan semua apa yang dilaluinya selain daripada jin dan manusia sehingga dia kembali.” (HR.Thabarani)

7. 'Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)


Semoga menjadi renungan bersama..!
 
 

'Memahami Jodoh dan Cinta'



bismillah..

Tulisan ini aku hadiahkan untuk sahabat2ku, yg mungkin lagi galau memahami cinta dan jodoh..

Ikhwah fillah..
mari berpikir secara realistis, setiap menusia punya kekurangan – sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang2 yg berani menerima kekurangan pasangannya, bukan mencari orang2 yg sempurna.
berpikir realistis terhadap orang yg akan melamar kita, atau yg akan kita lamar, adalah kesempurnaan. Maka doa kita kepada Allah bukanlah, 'berikanlah padaku pasangan yg sempurna' akan tetapi 'ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yg baik bagi agamaku dan duniaku'.

Percaya diri itu harus dan penting, tapi terllau PEDE adalah kesalahan.
Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima.
Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti melamarmu.
Jodoh adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dgn siapa kita akan berjodoh. Cinta tulus dan jodoh tidak mengenal status dan pandangan fisik.

Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti.
bukan karena akhi seorang aktivis dakwah lalu setiap akhwat mendambakannya.
enggak, sekali enggak. Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita.

Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita 'luarbisa' tp trnyta berjodoh dgn yang ‘biasa-biasa saja'.
Seperti seringnya kita melihat pasangan yg ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Cukuplah kasus2 perceraian para selebritis sebagai renungan dan pelajaran buat kita semua.
Inilah rahasia cinta dan jodoh, TIDAK BISA terukur dengan persepsi manusia. Maka landasilah rasa percaya diri kita dgn sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang DIA berikan.

Intinya saya bermaksud mengatakan ‘jangan ke-ge-er-an' dgn segala title dan atribut yang melekat pada diri kita. Sarjana, tongkrongan mewah, hp blackberry, dll..itu bukan ukuran kelanggengan dan kebahagiaan sebua hrumah tangga.
Berilah cinta kesempatan lagi utk berkata '...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir'. ( QS. Yusuf, 87 )

Bersedih hati karena gagal bersanding dgn dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah utk berumah tangga.
Dunia ini luas, demikian pula dgn orang2 yang mencintai kita.
Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan.
Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dgn orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya. bagaimana kamu berprasangka kpd Allah, itulah yg akan Allah berikan untukmu.

Cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta.

Tidak pernah ada kata menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya. 
“jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata” (HR. Tirmidzi).

dan tulisan ini aku akhiri dengan bait berikut:

kadang Allah menyembunyikan matahari dari pandangan kita,
DIA datangkan kepada kita hujan deras, petir dan kilat menggelegar,
kita ketakutan, dan bertanya-tanya, kemana hilangnya sinar matahri yg hangat?
Ternyata..setelah itu Allah menghadiahkan kita PELANGI.
 
 

'Filosofi Dakwah' (Karaktermu)






ada beberapa kata dibawah ini (filosofi dakwah):
1. pohon kelapa
2. burung
3. pohon kurma
4. air mengalir
5. bulan purnama

KET:
1. Pohon kelapa
seluruh bagian dirinya bermanfaat. dari akar sampai ujung daun tidak ada yang tidak berguna. 
semuanya bermanfaat.

2. burung
pagi ia pergi terbang. membubung tinggi ke angkasa. terkadang istrihat dalam terbangnya dengan melayang (tidak mengepakkan sayap), lalu hinggap diranting pohon yang ramping, berayun-ayun, merasakan lenturannya, bernyanyi dan berkicaau, dan ia sama sekali tidak takut jatuh karena tahu bahwa ia punya sayap. dan sore harinya ia pulang engan perut kenyang.

3. pohon kurma
walaupunn ia tumbuh ditempat yang kering dan gersang, tp ia tumbuh menjulang tinggi.
ketika ia dilempar dengan batu, ia justru menjatuhkan buahnya yang segar.

4. air mengalir
dimanapun ia berada, ia mampu menyesuaikan diri. begitu tawadhu'.
menghanyutkan kotoran dan menjadikan sesuatu menjadi bersih dengan dirinya.

5. bulan purnama
sumber kesejukan dunia ini muncul dikala malam.
Allah menampakkan keindahan ciptaanNya ini juga digambarkan sebagai bersinarnya wajah-wajah hamba yang bertakwa, yang duduk di mimbar-mimbar yang bercahaya dan menjadikan para nabi dan syuhada iri kepadanya.

pertanyaan:
dari kelima filosofi diatas, jika kamu disuruh memilih, kamu pilih menjadi apa?
jawabanmu menunjukkan karakter dirimu.



PENJELASAN FILOSOFI DIATAS ADALAH:

1. Pohon Kelapa 
artinya: kamu INGIN selalu menjadi orang yg memberi manfaat bagi orang lain.
dari mulai kamu berbicara, berpikir, dan bertindak, semuanya memberi manfaat utk orang lain.
bicaramu memberi manfaat, kedua tanganmu memberi manfaat, langkah kakimu jg kearah yg bermanfaat.
kamu orang yg sangat berhati-hati. apa y gmasuk kedalam perutmu hanyalah sesuatu yg baik2 saja. sehingga apa yg keluar dari lisanmu juga memberi manfaat.

2. Burung
artinya, kamu selalu ingin menjadi orang yg bebas kemanpaun kamu ingin tuju. kemanapun kamu pergi tujuanmu jelas dan mencari manfaat. kamu bukan orang yg doyan jalan2 atau hobby shoping. kamu hanya keluar rumah utk hal2 yg penting saja.
setiap ada tugas kamu mampu menyelesaikan dgn baik, walaupun kamu sering berhenti sebentar dlm tugas sekedar memberi hak utk mrenghirup nafas lebih dalam..
hal itu membuat kamu menjadikan orang yg santai tp serius, tidak ngoyo.

3. Pohon Kurma

artinya, kamu orang yg baik hati. kamu selalu ingin memberi yg terbaik kepda orang lain walaupun kamu disakiti.
kamu bukan tipe orang yg gampang marah, iri, apalagi pendendam.
orang2 yg berbuat jahat kepadamu kamu gampang memaafkannya, krn kamu orng yg sangat pemaaf.

4. Air mengalir
artinya, kamu orang yg ramah, supel dan enak diajak ngobrol. teman2 kamu banyak dan suka padamu krn kamu orang yg menyenangkan.
kamu juga tipe orang yg gampang menyesuaikan diri dimanapun kamu berada. kamu org yg flexible, di komunitas manapun kamu berada, kamu selalu diterima dgn baik oleh orang2.

5. Bulan purnama
artinya, kamu orang yg membuat orang lain selalu merasa kagum kepadamu. kamu punya bakat terpendam yg hanya akan muncul disaat2 tertentu saja. cari dan galilah potensimu yg terpendam ini.
kamu jg orang yg murah senyum shingga byk orang senang berlama-lama bersamamu.

Soooo...cocokkan jawaban kamu diatas dgn penjelasan ini.
cocokkah atau justru beda jauh..? atau malah gak ada yg cocok sama sekali..?
hehe namanya juga hasil utak atik otak. jadi dimaklumi aja yah..? :p. Piss !

MOTIVASI : 'Jangan Bersedih, Meskipun Engkau Miskin'




Bismilllaah..

Jangan bersedih..Tuhanmu mengujimu karena DIA mencintaimu. DIA yg membuatmu tertawa dan menangis. Yang mematikan dan menghidupkan. Yang melepaskanmu dari kesedihan dan kesulitan, Ya
ng memberimu petunjuk, Yang memiskinkan orang kaya dan mengayakan orang miskin.

Yakinlah bahwa ketika kamu mnempuh jalan dan semua telah buntu, rejekimu seolah terkunci, dan tidak kau dapati selain orang2 fasik dan pengecut..maka ketahuilah bhwa ditutupnya pintu dan terkuncinya rejeki itu agar kamu mengetuk pintuNYA. Memohon padaNya, dan DIA rindu utk mendengar dari mulutmu lantunan kata: Ya Tuhanku..!

Apa yg sudah menjadi bagian seorang hamba pasti akan datang, dan apa yg bukan merupakan bagiannya tidak akan didapatkannya meskipun seluruh makluk dibumi bersatu utk menolongnya.

Maka aku berikan 20 obat agar engkau tidak bersedih ketika rejekimu sempit dan kamu merasa menyandang predikat orang miskin :

1. Jangan bersedih..Bekerjalah semata-mata untukk ibadah dan untuk Rabb-mu, bukan untuk perutmu.

2. Jangan bersedih..Perbaiki hubunganmu denganNya, maka DIA akan memperbaiki hubungan denganmu.

3. Jangan bersedih..Sayangilah yang dibumi, maka Yang di langit akan menyayangimu.

4. Jangan bersedih..Karena sedekahmu dalam keadaan sempit lebih mulia daripada sedekahmu ketika dalam keadaan lapang, karena Allah akan menggandakannya 7x lipat, kemudian menggandakan lagi menjadi 100x lipat, bahkan akan lebih sesuai yang DIA kehendaki.

5. Jangan bersedih.. Dengan memperbaiki taubat dan memperbanyak istighfar, rejekimu akan mengalir.

6. Jangan bersedih.. ketika engkau diuji dalam keadaan miskin, karena engkau adalah orang pertama yang akan dihisab. Allah lebih mencintai orang miskin yang tawadhu' daripada orang kaya yang sombong. Orang miskin lebih memilih ketenangan hati, kedekatan dengan Rabbnya, syukur beribadah kepada Allah, ringannya hisab, dan derajat yang tinggi.

7. Jangan bersedih.. selama engkau bersyukur dalam keadaan miskin dan iman masih tertanam didada. Karena ayat2 Rabbaniyah adalah makanan dan minuman bagi jiwa ragamu.

8. Jangan bersedih.. karena yang pertama memasuki surga Tuhanmu adalah orang2 miskin.

9. Jangan bersedih.. jika engkaupun ketika miskin tidak bersyukur, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Kaya dan Maha Mengampuni dosa, selama engkau bertobat sebelum matahari terbit dari barat.

10. Jangan bersedih.. meskipun engkau miskin tapi engkau lebih mulia dengan kabar gembira ini: "Sepanjang hamba-hambaKU mendekatiku dgn sunah, AKU akan mencintainya. Tatkala AKU mencintainya, AKU akan menjadi telinga baginya untuk mendengar, dan menjadi mata baginya untuk melihat. Jika hambaKU mendekatiKU dgn berjalan, AKU menghampirinya dgn berlari. Jika ia mendekatiKU sehasta, AKU mendekatinya sedepa. Dan jika ia mendekatiKU sejengkal, AKU sedekat jari telunjuk. Katakanlah pada hamba2KU ( hai Muhammad ), bahwa sesungguhnya AKU adalah dekat, sepanjang ia mengingat AKU. ( Hadist Qudsi )

11. Jangan bersedih.. meskipun engkau miskin tapi banyak-banyaklah kamu beramal sesuai dengan kesanggupanmu. Sesungguhnya Allah tidak pernah bosan memberi pahala sehingga kamu sendiri yang bosan beramal.

12. Jangan bersedih.. Banyak-banyaklah kamu mengingat kejadian yang akan menghancurkan segala kelezatan, yaitu MAUT! (HR.Tirmidzi)
Kalau semua orang sudah pasti mati, untuk apa engkau bersedih ketika miskin, karena hartamu tidak engkau bawa ke kubur, namun hanya amal kebajikanmu yg menjadi penolongnya.

13. Jangan bersedih..karena ketenangan jiwamu bukan karena engkau miskin, tapi Sesungguhnya ketenangan hatimu ada didalam keimanan dan sujud, kebahagiaan dan buah hati ada didalam sholat. Kepuasan hatimu ada didalam keridhoan, kecantikan dan ketampanan wajahmu ada didalam senyuman. Kehormatanmu ada didalam hijab yg menutup aurat, dan kedamaian jiwa ada didalam hati yang selalu mengingat Allah.

14. Jangan bersedih.. meskipun engkau miskin tapi engkau tidak mencuri. Dan makanlah rejeki yang halal lagi baik, yang telah dianugerahkan Allah kepadamu. Dan syukurilah nikmat Allah jika memang kamu hanya kepadaNYA saja menyembah.

15. Jangan bersedih.. meskipun engkau miskin tapi selalu dalam keadaan syukur.
"Dan jika kamu bersyukur, AKU akan menambah nikmatKU kepadamu. Tapi jika kamu mengingkari nikmatKU, maka sesungguhnya azabKU sangat pedih". ( QS. Ibrahim; 7 )

16. Jangan bersedih.. karena kemiskinan adalah bagian dari skenario Allah. "Dan sungguh akan AKU berikan cobaan pada manusia dgn sedikit ketakutan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar".

17. Jangan bersedih.. meskipun engkau miskin,tp engkau selalu dalam kesabaran.
"Maka hanya orang2 yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". ( QS. Az-Zumar; 10 )

18. Jangan bersedih.. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, dan jalan keluar itu selalu datang beriringan dengan cobaan. ( Qs.Alam Nasyrah:5 dan 6 )

19. Janganbersedih.. karena biasanya pemberian orang miskin kebanyakan diabaikan. Maka jangan bersedih jika kebaikanmu tidak dihargai orang, karena yang kamu harapkan adalah pahala dan ridho Allah.

20. Jangan bersedih.. karena Allah sudah mengingatkan : "Wahai hambaKU, jika kalian berdoa dan memohon kepadaKU, AKU pasti mengampuni dosa kalian tanpa memperdulikan banyaknya. Wahai hambaKU, meski dosamu setinggi langit, lalu kau memohon ampunanKU, AKU akan mengampuni semua dosamu, tidak peduli berapapun banyak dosamu. Wahai hambaKU, seandainya kau mendatangiKU dgn membawa dosa sepenuh bumi, tetapi engkau tidak menyekutukanKU dengan apapun, maka AKU akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi. ( Hadist Qudsi )

Semoga bermanfaat..
Wassalamualaikum

Bab Tentang Aiman (Sumpah)






Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum



A.    PENGERTIAN AIMAN

Kata aiman (huruf hamzah diharakati fathah) adalah bentuk jama’ dari yamin (sumpah). Menurut bahasa, kata yamin asal artinya yad ‘tangan’. Kemudian digunakan untuk arti sumpah, karena kebiasaan orang Arab manakala bersumpah masing-masing dari mereka memegang tangan kanan rekannya.
Sedangkan menurut pengertian secara syar’i, kata yamin adalah menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah atau sifat-Nya.

B.    DENGAN APAKAH SUMPAH ITU MENJADI SAH?

Sumpah tidak teranggap, tidak sah, kecuali dengan menyebut lafadz Allah, atau salah satu nama-Nya, ataupun salah satu sifat-Nya.

Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasulullah saw pernah menjumpai Umar bin Khattab yang sedang bepergian di tengah kafilah bersumpah dengan (menyebut nama) bapaknya, lantas Beliau bersabda,“Ketahuilah, sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan (menyebut nama) bapak kalian; barangsiapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan (menyebut nama) Allah, atau diamlah!”
(Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari XI: 530 no: 6646, Muslim III: 1267 no: 3 dan 1646, ’Aunul Ma’bud IX: 77 no: 3233 dan Tirmidzi III: 45 no: 1573).

Dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi saw bersabda, “Neraka Jahannam selalu bertanya, ’Apakah masih ada tambahan?’ hingga Rabb Yang Memiliki Keperkasaan meletakkan kaki-Nya padanya. Lalu Jahannam berkata, ‘Cukup-cukup, demi Keperkasaan-Mu’. Dan, Dia mengumpulkan sebagian api neraka itu pada sebagian yang lain.”
(Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari XI: 545 no: 6661, Muslim IV: 2187 no: 2848 dan Tirmidzi V: 65 no: 3326).

C.    BERSUMPAH DENGAN MENYEBUT SELAIN NAMA ALLAH ADALAH SYIRIK

Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan (menyebut nama) selain Allah, maka sungguh ia telah kafir atau musyrik.”
(Shahih: Shahihul Jami’ no: 6204 dan Tirmidzi III: 45 no: 1574).

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa di antara kalian bersumpah, lalu di dalam sumpahnya ia mengatakan, Demi Latta, maka hendaklah ia menyebut, LAA ILAAHA ILLALLAH. Dan barangsiapa berkata kepada rekannya, ’Mari kita main judi’, maka hendaklah ia bershadaqah.”
(Muttafaqun ’alaih: Muslim III: 1267 no: 1647, Nasa’i VII: 7, ’Aunul Ma’bud IX: 74 no: 3231 dengan tambahan ”FAL YATASHADDAQ BI SYAI-IN” (Maka hendaklah ia bershadaqah sesuatu), dan Fathul Bari XI: 536 no: 6650 dengan tambahan BILLAATA WAL ’UZZA (=dengan (menyebut nama) Latta dan ’Uzza).



D.    SYUBHAT DAN JAWABANNYA

Sebagian orang ada yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah dengan dalih karena mereka khawatir berdusta dan merujuk pada firman-Nya:
“Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan.” (QS al-Baqarah: 224).

Jawaban atas syubhat ini ialah sebagaimana yang tertuang dalam riwayat berikut.
Dari Mis’ar bin Kidam dari Wabirah bin Abdurrahman bahwa Abdullah berkata, “Sesungguhnya saya bersumpah palsu dengan (menyebut nama) Allah lebih kusukai dari pada saya bersumpah secara jujur (dengan menyebut nama selain-Nya).” (ath-Thabrani dalam al-Kabir IX: 205 no: 8902).

Adapun ayat al-Baqarah itu, maknanya adalah sebagaimana yang diketengahkan Ibnu Katsir rahimahullah dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, ”Janganlah sekali-kali kamu memposisikan sumpahmu sebagai penghalang agar kamu tidak berbuat kebajikan. Akan tetapi bayarlah kafarat untuk menebus sumpahmu, kemudian kerjakanlah kebajikan.”

Ibnu Katsir menulis, ”Masruq, asy-Sya’bi, Ibrahim, an-Nakha’i, Mujahid, Thawus, Sa’id bin Jubair, Athaa’, Ikrimah, Makhul, Az-Zuhri, Hasan al-Bashri, Qatadah, Muqatil bin Hayyan, Rubayyi’ bin Anas, adh-Dhahhak, Atha’ al-Khurasan dan as-Sudi rahimahumullah memiliki penafsiran yang sama dengan Ibnu Abbas.” Selesai (Tafsir Ibnu Katsir I: 266).

E.    BERSUMPAH DENGAN MENYEBUT AGAMA SELAIN ISLAM

Dari Tsabit bin Dhahhak ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa bersumpah dengan (menyebut) agama selain Islam dengan dusta dan sengaja, maka ia sebagaimana yang ia katakan.”
(Muttafaqun ’alaih: Muslim I: 105 no: 177 dan 110 dan lafadz ini miliknya, Fathul Bari XI: 537 no: 6652, ’Aunul Ma’bud IX: 83 no: 3240, Tirmidzi III: 50 no: 1583, Nasa’i VII: 6 dan Ibnu Majah I: 678 no: 2098.

Dari Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Siapa saja yang menyatakan, ’Sesungguhnya saya berlepas diri dari Islam,’ Bila ia berdusta maka ia sebagaimana yang nyatakan; jika ia jujur maka dia tidak lagi kembali ke dalam Islam secara utuh.” 
(Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 2576, ’Aunul Ma’bud IX: 85 no: 3241, Nasa’i VII: 6 dan Ibnu Majah I: 679 no: 2100).



F.    ORANG YANG DISURUH BERSUMPAH DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH HARUS RIDHA

Dari Ibnu Umar ra, ia berceritera: Nabi saw pernah mendengar seorang shahabat bersumpah dengan (menyebut nama) bapaknya, lalu Beliau saw bersabda, ”Janganlah kamu bersumpah dengan (menyebut nama) bapak-bapakmu! Barangsiapa bersumpah dengan (menyebut nama) Allah, maka hendaklah ia jujur. Dan barangsiapa diminta bersumpah dengan (menyebut nama) Allah, maka hendaklah ia ridha; barangsiapa yang tidak ridha kepada Allah, maka bukanlah ia termasuk orang yang dekat dengan Allah.” 
(Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1708 dan Ibnu Majah I: 679 no: 2101).

Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Isa bin Maryam pernah melihat seorang laki-laki mencuri, lalu ia bertanya, ‘Apakah engkau telah mencuri?’ Jawab sang laki-laki, ‘Tidak. Demi Dzat yang tiada Ilah (yang patut diibadahi) kecuali Dia.’ Kemudian Isa berkata, ‘Saya beriman kepada Allah, dan saya mendustakan penglihatanku.” 
(Muttafaqun’alaih: Fathul Bari VI: 478 no: 3444, Muslim IV: 1838 no: 2368, Nasa’i VIII: 249 dan Ibnu Majah I: 679 no: 2102).



G. KLASIFIKASI YAMIN

Yamin (sumpah) terbagi menjadi tiga bagian:
Al-Yaminul Laghwi (sumpah sia-sia).
Al-Yaminul Ghamus (sumpah palsu).
Al-Yaminul Mun’aqadah (sumpah yang sah).

1.    Al-Yaminul Laghwi dan Status Hukumnya
Al-Yaminul Laghwi ialah ungkapan sumpah yang tidak dimaksudkan sebagai sumpah, sekedar pemanis kalimat. Misalnya, orang Arab biasa mengatakan, “WALLAHI LATA'KULANNA” artinya “Demi Allah kamu benar-benar harus makan”, atau ‘WALLAHI LATASYRABANNA’ artinya “Demi Allah kamu benar-benar mesti minum”, dan semisalnya yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah.
Sumpah seperti ini tidak teranggap dan tidak mempunyai akibat hukum, sehingga si pengucap sumpah ini tidak terbebani hukum apa-apa.

Allah swt berfirman:
“Allah tidak akan menghukm kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksudkan (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu.” (QS al-Baqarah: 225).

Allah swt berfirman lagi:
 “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja.” (QS al-Maidah: 89).
 
Dari Aisyah ra (tentang firman Allah), “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksudkan (untuk bersumpah)”, ia berkata, ”Ayat ini turun pada perkataan orang Arab: LAA WALLAAHI, WA BALAA WALLAAHI (=tidak, demi Allah, dan tentu, demi Allah).” 
(Shahih Abu Daud no: 2789 dan Fathul Bari XI: 547 no: 6663).

2.    Al-Yaminul Ghamus dan Status Hukumnya
Al-yaminul ghamus ialah sumpah palsu yang dimaksudkan hendak merampas hak-hak orang lain, atau ditujukan untuk berbuat fasik dan khianat. Disebut demikian karena sumpah ini mencelupkan pelakunya ke dalam perbuatan dosa kemudian ke dalam neraka.

Sumpah palsu ini termasuk dosa besar yang paling besar dan tidak bisa ditebus dengan membayar kafarah, karena Allah swt menegaskan:
“Tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja.” (QS al-Maa-idah: 89).

Yamin (sumpah) ini tidak sah, karena yamin yang sah bisa ditebus dengan kafarah. Yamin, sumpah ini tidak mendatangkan kebaikan sedikitpun.

Allah swt berfirman:
“Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu adzab yang besar.” (QS an-Nahl: 94).

Imam ath-Thabari ra menulis, ”Ma’na ayat ini ialah janganlah kalian menjadikan sumpah-sumpah yang kamu ucapkan itu, yang kamu berjanji hendak menyempurnakan perjanjian kepada rekan-rekanmu seperjanjian, janganlah kamu jadikan sebagai penipuan dan pengkhianatan supaya orang-orang percaya betul kepada kalian, sedangkan kalian menyembunyikan niat busuk hendak berlaku curang kepada mereka.” 
(Tafsir ath-Thabari XIV: 166).

Dari Abdullah bin Amr ra dari Nabi saw Beliau bersabda, “Dosa-dosa besar (di antaranya) ialah: menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (tak berdosa), dan sumpah palsu.” 
(Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 4601, Fathul Bari XI: 555 no: 6675, Nasa’i VII: 89 dan Tirmidzi IV: 303 no: 5010).

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ada lima perkara (yang dosanya) tidak bisa ditebus dengan membayar kafarah, (pertama) menyekutukan Allah swt, (kedua) membunuh jiwa dengan cara yang tidak haq, (ketiga) merampas (harta) orang mukmin, (keempat) melarikan diri pada waktu menyerang musuh (desersi), dan (kelima) sumpah palsu yang dimaksudkan untuk mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar.”
(Hasan: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3247 dan al-Fathur Rabbani XIV: 68 no: 220).

3.    Al-Yaminul Mun’aqidah (Sumpah yang Sah) dan Status Hukumnya
Al-yaminul mun’aqidah ialah sumpah yang disengaja dan hendak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sebagai penguat untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu.
Jika yang bersangkutan melaksanakan sumpahnya dengan baik, maka ia tidak terkena sanksi apa-apa; namun manakala ia melanggarnya, maka ia harus menebus dengan membayar kafarah. 

Ini didasarkan pada firman Allah swt:
“Tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu.” (QS al-Baqarah: 225).

“Tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja.” (QS al-Maa-idah: 89).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 742 - 745.


H.    SUMPAH BERGANTUNG PADA NIAT

Dari Umar bin Khattab ra, ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya segala amal bergantung pada niatnya.” (Muttafaqun ’alaih: Shahih Bukhari I: 9 no: 1, Muslim III: 1515 no: 1907, )

Oleh karena itu, barangsiapa bersumpah untuk melakukan sesuatu, lalu yang diucapkan berlainan dengan yang diniatkan, maka yang teranggap adalah yang diniatkan, bukan yang diucapkan.

Dari Suwaid bin Hanzhalah ra, ia bercerita, ”Kami keluar hendak menemani Rasulullah saw bersama Wail bin Hujr ra, lalu ia ditahan oleh musuhnya. Kemudian para sahabat keberatan untuk mengucapkan sumpah, lalu saya mengucapkan sumpah bahwa ia (Wail) adalah saudaraku, lalu ia dilepaskan. Kemudian, kami datang menemui Rasulullah saw, lalu saya informasikan kepada Beliau bahwa para shahabat merasa keberatan untuk bersumpah, lalu saya bersumpah bahwa ia (Wail) adalah saudaraku.” Maka Rasulullah bersabda, ”Engkau benar, seorang muslim adalah saudara muslim yang lain.” 
(Shahih, Shahih Ibnu Majah no: 1722, Ibnu Majah I: 685 no: 2119 dan ’Aunul Ma’bud IX: 82 no: 3239).

Niat seorang yang bersumpah hanyalah akan dianggap jika ia tidak dimintai untuk bersumpah. Adapun jika ia diminta untuk bersumpah maka sumpah itu tergantung pada niat orang yang meminta sumpah.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sumpah itu hanya bergantung pada niat orang yang meminta sumpah.” 
(Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1723, Ibnu Majah I: 685 no: 2120, Muslim LXXIII: 1274 no: 21 dan 1653 tanpa kata INNAMAA).

Darinya (Abu Hurairah) ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sumpahmu bergantung pada apa yang dibenarkan oleh rekanmu.” 
(Shahih: Shahih Ibnu Majah: no: 1724, Muslim III: 1274 no: 1653, Ibnu Majah I: 686 no: 2121, ‘Aunul Ma’bud IX: 80 no: 3238 dan Tirmidzi II: 404 no: 1365).


I.    TIDAK DIANGGAP MELANGGAR SUMPAH ORANG YANG MENYALAHI SUMPAHNYA KARENA LUPA ATAU KELIRU

Barangsiapa yang bersumpah tidak akan mengerjakan sesuatu, lalu ternyata ia melakukannya karena lupa atau karena keliru, maka ia tidak dianggap melanggar sumpahnya. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt.
“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah.” (QS al-Baqarah: 286).
Dalam sebuah hadits disebutkan:
Bahwasannya Allah menjawab, “Ya.” 
(Shahih: Shahih Nasa’i no: 3588 dan Muslim I: 115 no: 125).


J.    PENGECUALIAN DALAM SUMPAH

Barangsiapa bersumpah, lalu mengucapkan “INSYA ALLAH”, berarti ia telah melakukan pengecualian, dan tidak dianggap melanggarnya bila ia menyalahinya:

Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, Beliau bersabda: Nabiyullah Sulaiman bin Dawud berkata, “(Demi Allah), saya benar-benar akan menggilir tujuh puluh isteri pada malam ini, yang kesemuanya akan melahirkan seorang anak yang akan berperang di jalan Allah.” Kemudian rekannya atau seorang malaikat berkata (kepadanya), “Ucapkanlah, INSYA ALLAH (Jika Allah menghendaki).” Namun dia tidak mengucapkannya dan ia lupa, maka tidak seorangpun di antara isteri-isterinya yang melahirkan seorang anak kecuali satu orang yang melahirkan seorang anak yang cacat. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Andaikata dia mengucapkan INSYA ALLAH, maka ia tidak (dianggap) melanggar sumpahnya, dan ia pasti akan memperoleh hajat (permohonan)nya.” 
(Muttafaqun’alaih: Muslim III: 1275 no: 23 dan 1654 dan lafadz ini baginya, Fathul Bari XI: 534 no: 6639 dan Nasa’i VII: 25).

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersumpah dan mengucapkan pengecualian (insya Allah), maka jika ia mau boleh merujuk sumpahnya, dan jika ia mau tinggalkan tanpa (dianggap) melanggar sumpahnya.”
 (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1711, Ibnu Majah I: 680 no: 2105, ‘Aunal Ma’bud IX: 88 no: 3245, dan Nasa’i VII: 12).


K.    ORANG YANG BERSUMPAH UNTUK MELAKUKAN SESUATU, LALU MELIHAT ADA YANG LEBIH BAIK DARIPADA APA YANG DISUMPAHKAN

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengucapkan suatu sumpah lalu dia melihat selainnya lebih baik daripada ia, maka hendaklah dia mengerjakan yang lebih baik itu, dan hendaklah dia menahan sumpahnya dengan membayar kafarah!” 
(Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 2004, Muslim III: 1272 no: 13 dan 1650 dan Tirmidzi III: 43 no: 1569).


L.    DILARANG TERUS-MENERUS BERSUMPAH

Allah swt berfirman:
“Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan islah diantara manusia. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.”(QS al-Baqarah: 224).

Ibnu Abbas ra berkata, “Janganlah sekali-kali kamu menjadikan sumpahmu sebagai penghalang untuk melakukan kebajikan; namun tebuslah sumpahmu dengan membayar kafarah dan kerjakanlah segala kebajikan!” (Tafsir Ibnu Katsir I: 266).

Dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah saw, Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya seorang di antara kamu terus-menerus bersumpah di tengah keluarganya adalah lebih besar dosanya menurut pandangan Allah daripada membayar kafarahnya yang telah diwajibkan Allah.” 
(Muttafaqun’alaih: Fathul Bari XI: 517 no: 2625 dan Muslim III: 1276 no: 1655).


M.    KAFARAH SUMPAH

Barangsiapa yang melanggar sumpahnya, maka kafarahnya salah satu dari tiga alternatif ini:
Memberi makan sepuluh orang miskin makanan yang biasanya kita berikan kepada keluarga kita.
Atau memberi pakaian kepada mereka.
Atau memerdekakan seorang budak.
Kemudian barangsiapa tidak mampu melaksanakan salah satu dari tiga alternatif di atas, maka kafarahnya harus berpuasa tiga hari. Tidak boleh membayar kafarah dengan jalan berpuasa selagi mampu melaksanakan salah satu dari tiga alternatif itu.

Allah swt berfirman:
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarah (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian itu, maka kafarahnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarah sumpah-sumpahmu, bila kamu bersumpah (lalu kamu melanggar).” (QS al-Maa-idah: 89).


N.    BERSUMPAH DENGAN KATA HARAM

Barangsiapa mengatakan, ”Makananku haram atas diriku,” atau, ”Haram atas diriku masuk ke dalam rumah si Fulan,” dan semisalnya yang sejatinya termasuk perbuatan yang tidak diharamkan Allah atasnya, maka jika ia melanggar sumpah termaksud ia harus membayar kafarah sumpah:

Allah swt berfirman:
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekali membebaskan diri dari sumpahmu.” (QS at-Tahriim: 1-2).

Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah saw pernah meneguk madu di (rumah) Zainab binti Jahsy (salah satu isterinya) dan tinggal (beberapa hari) bersamanya, kemudian saya dan Hafshah sepakat, (jika) Rasulullah saw masuk ke rumah siapa saja di antara kami berdua, maka hendaklah dia (juga) bertanya kepada Beliau, ”Apakah engkau sudah makan getah pohon? Karena sesungguhnya aku mencium getah pohon padamu.” Maka jawab Beliau, ”Tidak, namun saya hanya minum madu di rumah Zainab binti Jahsy, maka aku tidak akan minum lagi dan sungguh aku telah bersumpah janganlah engkau menceritakan hal ini kepada siapapun.” 
(Shahih: Shahih Nasa’i no: 3553 dan Fathul Bari VIII: 656 no: 4912).

Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, ”Tentang (sumpah menggunakan kata) haram ada kafarahnya (kalau dilanggar), (lalu ia membaca ayat), ’LAQAD KAANA LAKUM FII RASUULILLAHI USWATUN HASANAH(=Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik).”

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 737 - 751.


Barakallahufiikum..semoga bermanfaat
Wassalamualaikum