Musik ini pengantar bacaanmu di blog RDM

Pemahaman Hadist (Mengapa Menunda Menikah)




Bismillaah..

Ada sebuah hadist rasul yg berlafaz begini:
'Seburuk-buruk kalia
n adalah yg tidak menikah. Dan sehina-hinanya kalian adalah mayat pemuda yg mati dalam keadaan bujang' (HR.Tirmidzi,Abu dawud dalam sunannya).

Hehe..hadistnya kedengeran serem yaak..?
yaa pasti serem kalau hadist itu dimaknai secara kering dan ditelan mentah-mentah gitu aja..

Dalam sabda Rasul yg lain,'Menikah adalah sunnahku. Siapa yg enggan menikah, maka ia bukan termasuk golonganku' (HR.Bukhari).

Nah ini lebih serem lagi. Orang yg tidak menikah dikatakan nabi tidak termasuk golongan umat beliau, padahal ulama jaman dulu banyak jg yang tidak menikah. Nah lho..gimana coba?

Sekali lgi, jika kita hanya terbiasa memaknai sebuah hadist secara kontekstual, secara makna teks, maka pemahaman kita selamanya akan begitu-begitu saja. Dan jadilah kita generasi muslim dan muslimah yg saklek. Kita akan dgn mudah beranggapan ‘hadistnya bunyinya begini ya begini..’. ia kekeh dengan hujjah hadist sesuai teks apa adanya.

Padahal Islam tidak sekaku dan sekolot itu duhai akhi, ukhti..
Islam adalah agama yg syamiil, tawashun, dan wasathon.
Suatu hadits atau perkataan rasulullah itu pasti punya sejarah, alasan dan penjelasannya, karena ulama besar sekelas Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath Thabari, Ibnu Qoyyim, dan Imam Nawawi, mereka adalah ulama2 besar yg tidak menikah sampai akhir hidupnya, mereka sudah pasti mengerti soal hadits itu karena ilmunya sangat mendalam tentang agama.

Lalu apakah ke tiga imam tersebut lantas dikenai termasuk golongan seperti apa yg disabdakan rasul di dua hadist yg saya kutip diatas? Tentu saja tidak. Mereka disibukkan dengan menggali ilmu, menulis kitab-kitab, dan tak jarang berurusan dgn penguasa2 dzalim di saat itu sampai mereka harus keluar masuk penjara sehingga tidak sempat lagi menikah. Lantas apakah keadaan kita seperti para ulama itu? Gak kan..?

Penjelasan secara luas tentang hadist diatas adalah sebagai berikut:

Mereka yg sengaja menunda~nunda menikah padahal sudah 'MAMPU' dgn berbgai alasan sperti:

1. Masih sibuk kuliah (meraih jenjang tinggi seperti dlm meraih gelar S2 atau S3)
2. Bila menikah akan terkekang
3. Merasa belum ada yg sesuai kriteria
4. Belum siap dalam materi yg mapan
5. Trauma karena berkali-kali gagal taaruf
6. Keinginan menikah dgn acara yg mewah.

Bila ditilik dari 6 sebab diatas maka alasan tersebut terkesan mengada-ada. jika seorang pemuda sudah baligh, sudah mengerti tentang aurat wnita, sudah bekerja mampu menghidupi diri sendiri, calon sudah ada, tetapi dia sengaja menunda-nundanya sampai batas waktu hingga Allah mentakdirkan mencabut nyawanya, maka pemuda seperti ini termasuk yg disabdakan nabi diatas.

Alasan yg pling klasik adalah karena belum mapan atau pekerjaannya belum bisa menjamin utk hidup bersama.
Ada lagi alasan 'utk menghdupi diri sendiri aja msih kurang, rejeki masih seret, bagaimana mau menikah dan menghdupi anak orang?'.
padahal rasul bersabda:'Carilah oleh kalian rejeki didalam pernikahan (dalam kehdupan berkeluarga)' (HR.Imam Dailami dlm musnad Al-firdaus).

juga perhatikanlah firman Allah ini:
'Nikahkanlah orang-orang yg sndirian diantra kamu,dan orang-orang yg patut menikah dari hamba-hamba sahayamu yg perempuan,.Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Allah maha luas pemberianNya lagi maha mengetahui
" (QS.An-nur, 32).

Berpijak dari hadist dan ayat diatas, maka alangkah naifnya bagi mereka yg sebenenarnya sudah tergolong 'mampu' tapi sengaja menunda-nundanya hingga kematian menjemput dia tidak menikah. orang2 yg seperti inilah yg dikenai dlm hadist diatas.

Sebelum saya diprotes, perlu saya tegaskan:
Bahwa disini saya TIDAK mengatakan bagi mereka yg kesulitan dalam menemukan jodoh lalu meninggal sebelum menikah, bukan itu yg saya maksud. Walau jodoh belumm ditemukan atau sulit, tp keinginan dan niat suci untuk menikah itu tetap harus ada, dan jika mati duluan, insyaAllah ia tidak termasuk dalam kategori mayat yg hina seperti yg disabdakan nabi kita. Wallahualam.

'wahai pemuda,barangsiapa diantara kalian sudah mempunyai kemampuan, hendaklah ia menikah. sebab nikah itu mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. barangsiapa belum mampu,hendaklah ia brpuasa,karena puasa itu adlh perisai baginya (dalam meredam syahwat" (HR.BUKHARI,MUSLIM,AHMAD,NASA'I,TIRMIDZI,DLL).

Maka...alangkah pengecutnya jika ada seorang pemuda yg sudah bekerja (minimal mampu menghidupi diri sndiri) dan calon sudah ada, tp ia sengaja menundanya dgn brbagai alasan, b hkan ada yg beralasan lebih memilih kumpul kebo (dgn berzina) atau berselingkuh daripada menikah, naudzubillah. dan jika ia mati tetap dlm keadaan bujangnya, maka hinalah mayatnya. wallahua'lam.

Kalau rejeki seret atau belum mapan kerjaan dijadikan alasan utk tidak menikah, maka secara tidak lgsung ia telah mengingkari firman Allah surat an-nur,32 diatas. berarti ia tidak percaya dgn jaminan Allah bhwa rejeki sudah ada yg mengatur. Pun setelah dia menikah.

Lihatlah sekeliling kita, ada saudara2 kita para pemulung, para pengais sampah yg penghasilannya tak menentu dan kebanyakan tidak punya rumah, tidurpun di kolong jembatan, tp mereka menikah dan punya anak. Apakah engkau sebagai pemuda yg tampan, sudah bekerja dgn gaji tetap tiap bulan,calon sudah ada, tp tetap sengaja enggan menikah??? Jangan sampai dirimu menjadi mayat yg hina lho yaa..hehe.

Dan sebuah kalimat penutup tulisan ini barangkali bisa engkau jadikan motivasi:
“Carilah pasangan (suami atau istri) yang bisa diajak susah. Seperti semboyan para petugas SPBU yg selalu bilang..KITA MULAI DARI NOL YAA..?? :)


Barakallahufiikum..semoga bermanfaat.
TabassuM

2 komentar:


  1. Dan rupanya.. Ga ada wanita yg mau dengan ku .
    Apakah itu salahku kalo belum menikah juga :(

    BalasHapus

  2. Dan rupanya.. Ga ada wanita yg mau dengan ku .
    Apakah itu salahku kalo belum menikah juga :(

    BalasHapus