Bismillah..
Jodoh memang rahasia Allah yg sangat misterius. Sekalipun
dauber sampai ke ujung langit, Allah jualah yg akan menentukan. Husna sangat
percaya akan hal itu. Seumur hidup, ia belum pernah menerima kehadiran seorang
laki-laki dalam hatinya. Bukan karena tak ada yang mau. Sebaliknya, justru
banyak laki2 yg mengejarnya, mulai dari temen2nya di SD, SMP, SMA, mantan guru
SMP nya, bahkan anak pak lurah dari kampong sebelah juga pernah dating melamar
husna. Namun, jika Allah belum ridho dan mentakdirkan jodoh untuknya, yg ada
hanyalah penolakan halus dan sopan dari dirinya.
Walaupun begitu, bukan berarti Husna tidakpunya pilihan
sendiri. Dan pilihannya itu jatuh pada Arham. Seorang pemuda tetangga rumah,
teman bermainnya sejak kecil, temannya satu sekolah dari SD hingga SMP. Dan
sekarang iapun memutuskan untuk mengungkapkan isi hatinya selagi Arham ada di
hadapannya.
Husna diam sebentar. Saat itu Husna dan Arham sedang
berada di teras rumah Husna, sengaja Husna yg mengundang Arham agar datang
kerumahnya, dan sengaja husna tidak mempersilakan Arham masuk kedalam rumah,
mereka hanya duduk di teras rumah untuk menghindari fitnah, karena saat itu
kedua orangtua husna sedang tidak ada dirumah.
Akhirnya husna pun bersuara,
‘Ham..boleh aku jujur padamu..?’
‘Tentu saja. Tentang apa, Na..?’
‘Tentang kita, Ham. Silakan nanti kamu jawab dengan sejujurnya sesuai hati tulusmu..’.
Arham diam saja tak mengerti apa yg ingin diucapkan
husna.
‘Aku ingin menikah denganmu, Ham. Jika kamu berkenan, aku
siap mengabdikan diri untukmu sebagai istri..’ Husna berkata tanpa memandang
wajah Arham.
Arham tercengang tak percaya mendengar ucapan Husna. Ini
sedikit aneh baginya. Yang ia tahu selama ini adalah laki2 yg mengatakan
perasaanya pada wanita, tapi husna…?? Tapi tidak ah..Husna memintaku sebagai
suami, bukan sebagai pacar, bantah kata hati Arham menyadari kekeliruan
dugaannya. Dipandanginya sekilas wajah Husna yg tertunduk, cukup lama keduanya
terdiam. Kejujuran Husna malah membuat hatinya berdedar-debar tak menentu.
‘Ham..kamu belum jawab pertanyaanku. Tolong jawab
sekarang juga. Bagiku..kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan itu TIDAK MESTI
direncanakan. Bisa juga spontan..’ kata Husna kembali meminta ketegasan ketika
dilihatnya Arham diam membisu tak menjawab ucapannya.
‘Baik, Na. kamu adalah temanku sejak kecil. Kita bermain
dan bersahabat bersama dari kanak-kanak hingga sekarang. Adalah munafik jika
aku bilang bahwa aku tidak menyukaimu, tp semua perasaanku itu aku pendam,
karena aku belum siap mengatakannya padamu. Tapi jujur, ketika tadi kulihat
kamu membuka pintu, bersamaan dengan itu hatikupun terbuka dengan sendirinya.
Hati keculku berkata ‘seandainya saja Husna menjadi pendamping hidupku suatu
saat nanti’. Subhanallah..Allah langsung mengabulkan doaku saat ini juga.
Karena aku harus mengakui bahwa kamu adalah wanita yg kuimpikan selama ini,
Na…’jawab Arham.
Husna menunduk. Lama dia terdiam. Dalam hatinya berucap,
‘Yaa Raab..,terimakasih Engkau dengar doa hambaMu yg lemah ini. Engkau Maha Melihat Lagi Menatap…Setiap malam, aku bangun bermunajat, bersujud padaMu, meminta jodoh yg terbaik, shaleh, pintar, dan teladan. Kini, aku sudah menemukan jodoh itu dan aku memutuskan pria dihadapanku ini sebagai calon suamiku. Jika ini mendatangkan ridhoMu, maka permudahkanlah segala urusan kami kedepan yaa Rabb. Aamiin yaa rabbal alamiin..’.
‘Yaa Raab..,terimakasih Engkau dengar doa hambaMu yg lemah ini. Engkau Maha Melihat Lagi Menatap…Setiap malam, aku bangun bermunajat, bersujud padaMu, meminta jodoh yg terbaik, shaleh, pintar, dan teladan. Kini, aku sudah menemukan jodoh itu dan aku memutuskan pria dihadapanku ini sebagai calon suamiku. Jika ini mendatangkan ridhoMu, maka permudahkanlah segala urusan kami kedepan yaa Rabb. Aamiin yaa rabbal alamiin..’.
Rasa syukur husna begitu dalam. Didepan Arham, ia tidak
malu-malu menangis dalam derai airmata karena rasa syukurnya kepada Allah.
Arham diam saja dalam duduknya, hanyut dalam perasaannya
sendiri. Didepan rumah kadang lewat bebrapa orang menyapa mereka dengan
pandangan yg sedikit aneh. Ah..aku tak peduli, aku tidak sedang melakukan hal2
yg tidak baik disini, kenapa harus khawatir? Arham lalu menarik nafas panjang
agar ia bisa melanjutkan pembicaraan lagi, sedangkan Husna dilihatnya beusaha
tegar. Airmatanya sudah diseka meski suaranya masih menyimpan tangis bahagia.
Tiba-tiba Husna pamit sebentar untuk masuk kedalam rumah.
15 menit kemudia ia keluar dan menyodorkan secarik kertas kapada Arham.
‘Apa ini, Na…?’ Tanya Arham tak mengerti.
‘Bacalah, Ham. Aku tak kuasa untuk berkata langsung
padamu. Jadi sengaja aku jabarkan perasaan hatiku lewat tulisan di kertas itu…’
Apa sebenarnya yg dituliskan Husna pada secarik kertas yg
diberika kepada Arham..??
Nantikan di episode 2.
Sabar Yaaachh..^.^
Barakalllahufiikum
Wassalam
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar