Musik ini pengantar bacaanmu di blog RDM

'Belum Ada Judul' (bag.2)

Bismillah..

(Cuplikan Dialog terakhir bag.1:)

Tiba-tiba Husna pamit sebentar untuk masuk kedalam rumah. 15 menit kemudian ia keluar dan menyodorkan secarik kertas kapada Arham.
‘Apa ini, Na…?’ Tanya Arham tak mengerti.
‘Bacalah, Ham. Aku tak kuasa untuk berkata langsung padamu. Jadi sengaja aku jabarkan perasaan hatiku lewat tulisan di kertas itu…’
--------------------------------------

LANJUTAN (Bag.2):

Arham menerima selembar kertas yg disodorkan husna. Dengan cepat dia membaca baris demi baris kalimat yg ditulis husna.

‘Teruntuk Calon Suamiku..
Syukur Alhamdulillah kamu menerima permintaanku. Entah apa yg baru saja terjadi ini merupakan hal terbaik bagi kita, aku tidak tahu. Semua kupasrahkan pada Allah saja. Bagiku, kamu adalah pilihan terbaik diantara yg baik yang pernah menghampiriku. Kamu adalah laki2 yg sudah kukenal sejak kecil. Karena itu aku mengetahui segala watak dan perangaimu. Aku lebih banyak menemukan hal-hal yg baik dalam dirimu yg insyaAllah akan membawa manfaat bagiku, dan karena itulah aku memilihmu.
Dan semakin bertambah usia, semakin dalam rasa kagum ini terhadapmu. Dan aku tidak mau menyia-nyiakan perasaanku yg berupa rahmat Allah yang mulia.

Arham..untuk kedua kalinya, bibirku yg berucap dalam batin dengan goresan tintaku ini yg mewakili hatiku, aku bersimpuh kepadamu dan bertanya sekali lagi, maukah kamu menikah denganku dalam dua minggu ini..? InsyaAllah aku sudah siap lahir batin mengabdikan diri sepenuhnya padamu. Aku tidak mau terlalu lama menzalimi diriku sendiri dan menzinahi hatiku dengan selalu memikirkanmu dan membayangkan wajahmu. Perasaan cinta ini harus segera aku pertanggungjawabkan didunia ini dengan menghalalkannya menyatu dengan rasa cintamu, sebelum rasa ini dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di akherat.

Arham..sama seperti pertanyaanku yg pertama, pertanyaan inipun harus kamu jawab sekarang. Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu yg mewakili dari hatimu yg terdalam.
Maaf dan terimaksih yang tak terhingga kusampaikan untukmu.

Calon istrimu,
Husna

Setelah membaca surat husna, arham tak kuasa membendung hasrat untuk memandang wajah husna. Dilihatnya husna masih menunduk, tak berani membalas tatapan mata arham. Namun, husna pun tak mampu lama berdiam diri. Perlahan, wajahnya mulai terangkat. Hidungnya yg mbangir (sedikit mancung) kini terlihat jelas. Semburat merah di pipi yg alami tanpa polesan bedak menyempurnakan kecantikannya. Matanya kini benar-benar tertuju pada Arham, menatap lekat kedalam bola mata. Keduanya saling memaknai detik demi detik arti dari pandangan mata masing-masing. Sementara itu, sepoi angin bertiup mengibarkan jilbab putih Husna, seakan mengiringi dua insan yg selangkah lagi menuju sunnah rasul.

“Ataghfirullah….astaghfirullah..” Husna tersentak dari kenikmatan sesaat, lalu buru-buru menunduk. Dadanya bergedup kencang setelah bertatapan sekian menit dengan mata Arham. Batinnya mengucapkan istighfar tiada henti. Batinnya seakan ingin menangis. Ah setan..begitu pandainya dia mencari celah manusia untuk berbuat dosa.

Arham pun spontan memalingkan muka denga wajah merah. bibirnyapun mengucap istighfar perlahan, menyadari kekhilafannya. Ia kemudian berkata, “Husna, insyaAllah aku siap lahir batin menjadi pendamping hidupmu selama nafas ini masih ada bersamaku. Mudah-mudahan kamu adalah pilihan terbaik untukku, Na..”

“Betul Ham. Sampai mati? Sampai nafas kita berhenti. Yaa Allah, terimaksih, sekali lagi aku merasa benar2 menjadi wanita paling bahagia di bumi ini. Engkau karuniai aku keluarga yg baik, dan sekarang, calon suami yg baik pula. Laki2 dambaanku yg sholeh, insyaallah. Berkahi terus hidup kami yaa Allah..” sekali lagi, ungkapan haru terucap tulus dari bibir tipis husna.

Adzan zhuhur bergema dari loudspeaker masjid, seakan melengkapi akhir dari pembicaraan Arham dan Husna. Arham pun pamit untuk pulang. Dari teras rumahnya, Husna memandangi sosok arham sampai menghilang dari pandangan. Rasa bahagia dan syukur kepada Allah masih mewarnai binar mata dan bunga2 cinta yg mulai bermekaran dihatinya.

Bagaimana dengan waktu 2 minggu kedepan yg diminta Husna kepada Arham untuk melangsungkan pernikahan mereka..? Sanggupkah Arham memenuhinya..? Akankah mereka mampu benar2 menuju ke perjanjian agung dan menggenapkan separuh agamanya..?
 
Nantikan di episode 3.
Masih sabar menunggu kaan..? ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar