Bismillaah..
Kemudian ia mendatangi perkumpulan kaum Quraisy satu persatu dan berkata,” Barang siapa orang yang ibunya merelakan kematiannya, anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, maka temuilah aku di belakang lembah itu”. Kesaksian tersebut menunjukan keberanian Umar bin Khaththab Radhiyallahu’Anhu.
Umar bin Khattab ra terkenal sebagai
orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum
masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di
dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara
pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan
mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta
bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan
lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari,
beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW.
Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya
bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar
langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat
Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah,
saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan
Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi
lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar
telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
“Suara apakah yang tadi saya dengar
dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar
langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera
memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan
keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan
penuh amarah:
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan
terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”,
Melihat keadaan saudara perempuannya
dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia
meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan
bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang
yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh
mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran
tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim.
Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
Kemudian beliau terus membaca :
طه
Hingga ayat :
طه
Hingga ayat :
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني
وأقم الصلاة لذكري
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku” (QS. Thaha : 14)
Beliau berkata :“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Beliau berkata :“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar ucapan tersebut, Khabab
bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar,
saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu,
beliau SAW berdoa :
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan
salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau
Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki
bukit Shafa”.
Umar bergegas menuju rumah tersebut
seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang
ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar
bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu
Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul.
Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah SAW memberi isyarat agar
Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui
Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu
ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau wahai Umar, akankah engkau
terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana
yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya
Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah" .
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah" .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan
kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh
kaum muslimin.
–
Kisah masuk islamnya Umar bin
Khattab, saya baca ketika saya kelas 1 SMP. Ketika itu, saya sedang iseng, dan
main ke perpustakaan sekolah. Saya mendapatkan salah satu buku tipis.. tentang
Umar bin Khattab san saya membacanya lembar demi lembar. Pada bagian ini
sungguh saya merasa sangat tergugah… sehingga tampak terasa saya sempat
meneteskan air mata.. Kenapa ? Saya pun tidak tahu sebabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar