Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh..
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh..
Tibalah
waktu yang telah kurindu, tuk selalu bersama denganmu.
Telah terbuka pintu itu, Akad tlah terucap sudah, sumpah telah diikrarkan,
Dan sekaranglah saatnya Dinda, marilah melangkah…
Telah terbuka pintu itu, Akad tlah terucap sudah, sumpah telah diikrarkan,
Dan sekaranglah saatnya Dinda, marilah melangkah…
Kujemput Ma’isyah, Kugapai Aisyah
Sungguh
sebuah ungkapan yg cukup indah dan bermakna dalam jika kita mampu
mengaplikasikannya. Ma’isyah atau nafkah merupakan salah satu syarat awal yg
sangat penting sebagai bekal melangkah saat engkau menjemput pujaanmu. Maaf,
jika subjudul diatas seolah menyinggung perasaan kaum akhwat, seolah-olah
engkau, para wanita, hanya patut dijadikan obyek yg hanya menunggu atau
dijemput, sedangkan dilain pihak, laki-laki bebas untuk memilih alias
menjemput.
Bukan
pula maksud saya hendak merendahkan martabat Ibunda Aisyah istri rasulullah yg
bgitu agung dan mulia. Hanya saja, siapa sih orangnya yg tidak menginginkan
seorang pendamping hidup secantik dan seagung Ibunda Aisyah? Atau setampan dan
segagah Sayidina Ali yg alim dan wara..? Dua nama tersebut yaitu Aisyah dan
Sayidina Ali, yg sering dinisbatkan sebagai sosok harapan atau impian bagi
setiap laki-laki dan perempuan yg hendak memilih pasangan hidup. Saya ingin
menggunakan istilah tersebut, yaitu Ma’isyah atau nafkah, dan Aisyah atau calon
istri ( pendamping hidup ), karena istilah tersebut sering digunakan oleh para
aktivis dakwah.
Satu
diantara prasyarat sebelum menikah adalah faktor yg disebut ‘MAMPU”, yaitu
Ma’isyah alias kecukupan dalam hal ekonomi. Setelah berhasil menjemput Ma’isyah
atau siap memberi nafkah, engkaupun berhak bahkan wajib utk melangkah ke jenjang
selanjutnya, yaitu menggapai Aisyah, sang pujaan hati belahan jantung. Suatu
saat saya pernah berdiskusi dgn beberapa teman ikhwan dan akhwat, membahas
hal-hal yg selama ini sering menjadi problematika dikalangan para ikhwan. Yaitu
dari segi Ma’isyah mungkin sudah siap, dan Aisyah pun sudah siap ‘dipetik’, tp
ternyata pihak orang tua si wanita yg mempersulit. Alasannya takut anaknya
terlantar, takut anaknya miskin, sengsara, tidak bisa makan, dan seterusnya.
Sebenarnya
kekhawatiran seperti itu wajar diungkapkan oleh para orang tua. Sebagai orang
tua yg maaf -- terkadang pemahaman agamanya masih minim -- kriteria seorang yg
sholeh saja tidak cukup menjadi alasan yg kuat utk mengkhitbah anak gadisnya.
Sehingga tidak heran, banyak para ikhwan yg penghasilan bekerjanya pas-pasan
harus kelimpungan saat ditanya calon mertua: “ Kerjanya dimana Dik? Gajinya
berapa sebulan? Nanti setelah menikah tinggal dimana?”..dll.
Keringat
dinginpun mengucur. Berbagai pertanyaan yg lebih dahsyat daripada interview kerja
akhirnya dihadapi para ikhwan dari orang tua si gadis. Ya, saya rasa engkau
saudaraku para ikhwan lebih tahu bagaimna cara menjelaskannya.
Misalnya:
”Pak, maaf saya memang tidak mempunya pekerjaan tetap, tapi insaAllah saya akan
tetap bekerja”. Atau :” saya memang tidak berpenghasilan tinggi, tapi insaAllah
gaji saya cukup untuk sebulan. Dan kedepannya insaAllah akan berusaha utk lebih
baik lagi”.
Kepada
pihak akhwatpun, sebaiknya juga memberi pengertian kpd orangtua bahwa masalah
Maisyah atau nafkah adalah relative, artinya tidak harus mentargetkan calon
menantunya harus orang kaya atau berpenghasilan tinggi. Karena rejeki yg
didapat sedikit akan lebih mengharmoniskan rumah tangga jika iklas dan
bersyukur daripada rejeki banyak tapi malah mendatangkan kekufuran.
AKUPUN MENYUSULMU
Saudara
dan saudariku fillah..,kegagalan cinta yg pernah engkau jalin kepadanya, boleh
jadi bukan lantaran dia sudah memiliki tambatan hati ataupun telah dijodohkan
oleh orangtuanya. Mungkin juga sebenarnya dia mengharapkan yg lebih baik dari
dirimu. Yaitu lebih sholeh atau sholehah, lebih mapan..dsb. Saya rasa engkaupun
demikian. Sebagai manusia normal pasti mengharapkan pendamping hidup yg
terbaik. Hal ini pun tidak dilarang dalam agama.
Nah,
saat itulah upaya perbaikan diri dari hari ke hari harus senantiasa engkau
lakukan. Karena ketika Allah sudah menganggapmu benar2 siap dan mampu, maka
pasangan jiwa itu pun akan diberikan oleh Allah dgn penuh keridhoan. Saat
itulah engkaupun dapat berkata: “Akupun telah menyusulmu. Akupun akhirnya
menjemput karuniaNya, menyempurnakan separuh agama. Kita akan saling berlomba,
saling berdoa, dan akan tetap menjadi saudara, dalam bingkai ketaatan dan
takwa, dan tetap saling mengingatkan didalam kebaikan.”
Dan
setelah itu, tiada ungkapan termulia yg dapat engkau ucapkan selain syukur kepada
Allah yg telah memenuhi janjiNya bahwa dia akan memberikan pasangan hidup yg
sudah lama engkau impikan. Yaa..puji Tuhan kepada Allah dan sujud syukur patut
engkau lakukan ketika telah kau dapatkan pengganti dia. Menjemput atau dijemput
pujaan hati belahan jiwa yg telah dijanjikan Allah.
“
Dan diantara tanda2 kekuasaanNya adalah DIA menciptakan istri-istrimu dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesunguhnya pada yg demikian itu terdapat
tanda2 kekuasaanya bagi kaum yg berfikir”. ( QS.Ar-Ruum; 21 ).
Subhanallah ! saat itulah yg paling
membahagiakan, saat dua insan diikat dgn simpul agung yg kokoh, dibawah naungan
iman, ditempa kalimat Rabbaniyah. Ketika dua hati telah menyatu, dua anak
manusia berlainan jenis telah ditemukan dalam semulia-mulia ikatan. Menggapai
mahligai suci yg dilandasi nilai2 keimanan. Dan akhirnya kembali engkau bisa
berucap dimalam pertamamu:
“ Ya Rabbi, akhirnya kutemukan juga, dia yg akan menjadi pelipur lara. Dia yg akan mnjadi pengobat luka dan penentram jiwa. Ya Rabbi, betapa hamba pernah dzalim kepadaMU, betapa hamba prnh ragu akan janjiMU, betapa hamba prnh kcewa dgn keputusanMU. Namun kini hamba merasa seakan surga ada di pelupuk mata. Ampuni segala dosa dan khilaf hamba ya Rabb, sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengampuni Dosa “.
“ Ya Rabbi, akhirnya kutemukan juga, dia yg akan menjadi pelipur lara. Dia yg akan mnjadi pengobat luka dan penentram jiwa. Ya Rabbi, betapa hamba pernah dzalim kepadaMU, betapa hamba prnh ragu akan janjiMU, betapa hamba prnh kcewa dgn keputusanMU. Namun kini hamba merasa seakan surga ada di pelupuk mata. Ampuni segala dosa dan khilaf hamba ya Rabb, sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengampuni Dosa “.
NOBODY
IS PERFECT !
Kini
engkau telah mendapatkan pengganti si dia. Insaallah lebih baik dari dia yg
dulu. Tapi lebih baik disini bukan berarti lebih cantik atau tampan. Tidak juga
harus lebih kaya atau lebih tinggi pendidikannya. Tapi kesalehannya yg akan
mengantarkan engkau ke surgaNya bersama-sama. Tentu saja jika engkau diberikan
kesempurnaan dgn nikmat berlebih seperti pasanganmu yg sekarang lebih cantik
atau lebih tampan dari yg dulu maka engkau harus lebih banyak bersyukur. Siapa
yg tidak mau kalau begitu..??!
Disisi
lain, janganlah sampai engkau merasa bahwa pasangan kita yg sekarang diberikan
Allah, adalah lebih jelek dari yg dulu. Jangan sampai, baru melihat SEKILAS tp
langsung mengambil kesimpulan. Sahabat, setiap orang psti memiliki kekurangan
dan kelebihan, itu sudah sunatullah. Seseorang yg kau anggap special disatu sisi,
psti jg memiliki kekurangan dilain sisi. Begitupun sebaliknya. Yaa, NO BODY IS
PERFECT. Tiada seorangpun yg sempurna. Selalu akan engkau temui kekurangan dari
pasanganmu yg sekarang.
Yang
menjadi masalah sebenarnya bukan kekurangan yg ada pada dirinya, tetapi karena
kita lebih menonjolkan kekurangan drpd menggali kelebihan. Kalau sudah bgitu,
maka pasti tidak akan tumbuh sikap syukur dan Qusnudzon kepadaNya. Yang ada
hanyalah keluhan, penyesalan serta rasa tidak puas dgn apa yg sudah
dikaruniakan olehNya. Jangan sampai engkau berpikir seperti itu. Sudah bagus
Allah memberikan engkau pasangan, apa jadinya jika Allah mentakdirkan engkau
sendirian seumur hidup, engkau pasti tidak mau bukan ? Maka tetaplah bersyukur
siapa dan bagaimanapun pasangan kita yg sekarang.
JANGAN SAKITI PERASAAN
DIA
Rasulullah
bersabda,” Orang islam ialah orang yg menyelamatkan orang islam lainnya dari
lisan dan tangannya” ( HR.Bukhari). Dengan sabda beliau yg lain:” Tidak beriman
salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri ( HR.Bukhari ).
Lalu
apa hikmah nilai dari kedua hadist tersebut..?? Saudaraku, biarpun ketika
pujaan baru telah ditemukan, jangan sampai engkau menyakiti perasaan dia yg
pernah singgah dihatimu, jangan sampai sakiti perasaan dia yg dulu pernah
menolak cintamu. Apalagi engkau akan bersikap sombong dan mengatakan kepadanya:
“Inilah aku. Akupun mampu mendapatkan pengganti yg jauh lebih baik dari
dirimu”!.
Jangan
sampai hal itu engkau lakukan saudaraku. Karena itu akan melukai perasaannya.
Justru
engkau harus berterimakasih kepada dia yg pernah mengobrak-abrik dinding
hatimu, yg pernah menolak cintamu. Kenapa demikian? Karena, ketika Allah
mentakdirkanmu mendapat pengganti yg ternyata jauh lebih baik dari dirinya,
pada hakekatnya itu adalah merupakan ganti dari Allah krn engkau tidak jadi
mendapatkan dirinya. Buah keikhlasanmu itulah yg menyebabkan Allah ridho
sehingga memberikan yg lebih baik untukmu.
JANGAN SAKITI PERASAANNYA
Saudara
dan saudariku fillah.., apa bedanya antara subjudul ini dgn subjudul
sebelumnya: ‘Jangan Sakiti Perasaan Dia’ dan ‘Jangan Sakiti Perasannya’..?
bedanya adalah, pernyataan yg pertama jangan engkau sakiti perasaan si dia yg
telah mengecewakan cintamu dgn menolak cinta yg prnh engkau tawarkan, sedangkan
pernyataan yg kedua adalah Jangan engkau sakiti pasangan yg sekarang menjadi
pujaan hati belahan jiwamu yg sekarang mendampingimu.
Sungguh,
akan sangat menyakiti hati dan perasaan pasanganmu..bila saat berdekatan dgn
pendampingmu yg sekarang, tp hati dan pikiranmu ternyata masih memikirkan
dirinya yg dulu. Apalagi jika engkau masih sering menyebut-nyebut namanya
didepan pasanganmu kini. Duh, istighfarlah sahabat, betapa engkau telah kufur
nikmat dan Allah pasti akan membalas kezalimanmu !
Yakinlah
bahwa pasanganmu yg sekarang..suami atau istrimu, adalah pasti lebih baik dari
yg dulu. Mungkin dari segi fisik tidak sebaik dulu, tidak secantik atau
setampan dia yg dulu. Tidak juga sekaya atau selevel dalam pendidikan tinggi
drpd yg dulu. Namun, dari segi kemuliaan akhlak, budi pekerti dan pengetahuan
agamanya justru lebih baik, bahkan diatas rata-rata. Nah, factor inilah yg akan
membahagiakanmu lahir dan batin. Engkau akan menemukan penentram jiwa dan
pelita hidupmu yg sebenarnya.
Nah,
sahabatku..bila pasangan jiwamu telah engkau miliki sekarang, namun ternyata
engkau masih memikirkan dia yg dulu, alangkah dzalim dan tidak bersyukurnya
dirimu ! sudah diberikan yg halal dan ada didepan mata, namun engkau masih
memikirkan yg tidak ada. Afwan, lantas apalagi sebutan yg pantas untukmu kalau
begitu, Sahabat..??
BILA RUMPUT ENGKAU LEBIH HIJAU
Sekarang,
bagaimana bila rumput engkau lebih hijau? Dalam artian, bagaimana bila
pasanganmu yg sekarang ternyata memang benar2 lebih baik dari dirinya yg dulu?
Yaa,
tentunya engkau memang harus lebih banyak bersyukur berlipat-lipat. Kalau
memang rumput sendiri lebih hijau, rasanya tidak perlu lagi melihat-lihat lagi
rumput lain. Namun terkadang sifat manusia adalah serakah. Nabi SAW pun pernah
memberikan gambaran: ” seandainya manusia diberikan dua buah bukit emas, apakah
akan menjadikan mereka puas? Ternyata tidak ! Mereka pasti akan berusaha
mencari bukit emas yang ketiga”. Itulah manusia, tidak akan pernah puas kecuali
setelah nafas sampai ke tenggorokan alias ajal datang merenggut nyawa. Ada
seorang bijak yang berkata: “ Dunia sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan seluruh umat manusia, tetapi tidak akan pernah cukup untuk memuaskan
keserakahan hanya bagi seorang anak adam saja” !
Dalam
hal inipun demikian. Adakalanya seseorang yg sudah memiliki pasangan yg ideal,
semua criteria sudah ada dalam diri pasangannya, ternyata masih juga melihat
rumput lain milik teman dan milik tetangga. Memang, terkadang rumput tetangga
atau orang lain kelihatan lebih hijau dari rumput sendiri. Sebaliknya, orang
lainpun mungkin justru menganggap rumput kita lebih hijau dari rumput miliknya.
Analoginya begini: Coba perhatikan pelangi. Pelangi itu tidak akan pernah
berada diatas kepala kita sendiri. Orang lainpun demikian. Seakan-akan pelangi
hanya berada diatas kepala teman2nya. Kalau sudah seperti itu, lantas kapan akan
bersyukur..??! Padahal Allah sudah mengecam dengan keras: “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmatKU kepadamu, dan jika kamu
mengingkari nikmatKU, maka sesungguhnya azabku sangat pedih”. (QS.Ibrahim; 7 ).
Oleh
karena itu saudaraku, mulai sekarang harus kau ingat: kalau memang engkau sudah
mendapatkan pengganti dia, apalagi “lebih hijau” dari yang dulu, jangan sampai
engkau ‘melihat-lihat dan melirik’ apalagi menjarah “rumput” lain. Awas ya,
kalau malah jelalatan, engkau sendiri yg akan tanggung akibatnya !
DUNIA ADALAH PANGGUNG SANDIWARA
Ada
sebuah lagu ‘Dunia ini Panggung Sandiwara, ceritanya mudah berubah. Ada peran
wajar dan ada peran berpura-pura” demikian kata lirik lagu tersebut. Jujur saya
tidak tahu itu lagu siapa. Tapi yg jelas saya sangat setuju dengan lirik lagu
tersebut. Bahwa dunia ini hanya panggung sandiwara, dan sang Sutradara Tunggal
adalah tidak lain dan tidak bukan yaitu Allah ‘Azza Wajalla. Setiap orang akan
memainkan perannya snediri2 di dunia ini. Ada yg berperan sebagai petani, guru,
tentara , ustadz bahkan penjahat. Sementara scenario cerita sudah diatur secara
lengkap dalam kitab induk: Al-Qur’an.
Lantas
apa hubungannya….?? Saudaraku fillah, saya rasa engkau sudah tahu apa yg saya
maksud. Kejadian apapun yg menimpa kita dulu, seperti tertolaknya cinta dan
gagalnya pinangan yg engkau ajukan kepada dirinya dahulu, pada dasarnya adalah
sudah tertulis alur ceritanya, yaitu di Lauh Mahfuzh ! sehingga, permasalahan
apapun akan terasa ringan ketika engkau menganggap dunia ini adalah panggung
sandiwara, tempat masing2 orang akan memainkan perannya sesuai scenario cerita.
Ketika
engkau mengalami keberhasilan, engkau pun sadar bahwa ini adalah episodenya utk
berhasil. Dan ketika mengalami kegagalan, engkau pun jg sadar bhwa itu adalah
episode yg memang harus kau mainkan. Semuanya telah tertulis, dan segalanya
telah tercatat. Sekecil-kecilnya, sedetail-detailnya. “ Tidak akan luput dari
pengetahuan Tuhanmu sebesar zarrah (atom) yg ada dibumi ataupun dilangit. Tidak
ada yg lebih kecil ataupun lebih besar dari itu, melainkan semua telah tercatat
dalam kitab yang nyata ( Lauhul Mahfuzh ). (QS.Yunus; 61).
Jadi
apapun yg menimpamu, kalau kita menganggap seperti aktris atau actor panggung
sandiwara tersebut, insaAllah engkau tidak akan pusing, stress, apalagi sampai
gila, karena engkau sadar bahwa dirimu hanyalah pemeran atau pelaku cerita.
Oleh
karena itu, sekali lagi saya katakan..mulai saat ini, beranikan dan tegaskan
dirimu untuk berkata: “ SELAMAT TINGGAL MASA LALU ”! dan sekarang sambutlah
masa depanmu dengan Sang Pujaan Baru ! amin dan semoga..^_^.
Brakallahufiikum..
Wassalam
Wassalam
(REF: Fadlan Ikhwani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar