Prolog.1
Judulnya kontroversi banget yach? hehe emang
sengaja :p
Adlh seorg pmuda gaul, namanya Dion, kaya, tampan, aktivis kampus, playboy cap duren tiga, yg mencoba
menaklukkan hati si gadis jilbaber, Aira.
Adlh seorg pmuda gaul, namanya Dion, kaya, tampan, aktivis kampus, playboy cap duren tiga, yg mencoba
menaklukkan hati si gadis jilbaber, Aira.
Tepat di tanggal 14 februari, tepat jam 7 malam, Dion datang kermh Aira.
'Ada apa, Dion..?' tanya aira tanpa basa dan basi.
'Ehmmm, jangan sinis gitu donk angel, canti...knya ilang deh..' jwb Dion, jurus pertama: Gombal Mukiyo.
'Katakan keperluanmu, atau kamu pulang..!' Aira mengancam,wjahnya serius.
'Oke..oke..' Dion mengalah (Biasanya, kalau cewek tegas, si cowok akan menaruh hormat). 'Jadi bgini angel...'
'Stop. Namaku aira, bukan angel..' aira memotong.
'Iya angel eh aira. Ehmm aku kesini membawa sesuatu untukmu..neh buat kamu',
Dion menyerah kotak agak besar yg dibungkus rapi warna pink, lengkap dgn seutas pita juga warna
pink, terikat menyilang dibagian kotak sebelah atas.
'Apa ini..?' tanya aira tak mengerti.
'Buka aja deh..' Dion menjwb dgn senyum lebar. Ada binar2 dimatanya.
Dgn cepat aira membuka kotak itu.Dan isinya adlh....: Sekotak cokelat berbentuk hati, sekuntum bunga
mawar putih, dan selembar kertas warna merah jambu dgn kata2 puitis terangkai disitu.
'Itu semua buat kamu, aira. Aku ingin kamu menjadi istriku..'
'Apaaa..??!' kalimat dion itu bagaikan bom yg meledak di gendang telinga aira.
'Knapa? kamu terkejut ya? bukankah kamu prnh bilang tidak mau pacaran dg siapun? kamu hanya mau kpd laki2 yg brani datang kpdmu dg gentle utk menjadikanmu istrinya. Nah, kini aku dtang utk menjadikanmu istriku. Dan barang2 itu, adlh bukti cintaku padamu, tepat di hari valentine ini...'.
Ada bunga2 indah dimata Dion. dia yakin aira tdk akan menolaknya Puluhan gadis cantik mengantri
menjadi pacarnya tp semua dia tolak. Tp apa yg didengar dr mulut aira malah membuat dion terkapar lemas seketika.
'Dion..silahkan bawa kembali barang2mu. Sudah kubilang aku tidak bgitu suka bunga, tdk jg suka puisi, tp untuk cokelatnya ini...maaf ak ambil yaa, mubadzir kalo nolak rejeki..' (hayahh :D ). aira tersenyum lalu memindahkan coklat itu ke tangannya.
'Lalu permintaanku tadi bgmn..? kamu mau menerima coklatku tp tak mau menerima cintaku, itu tidak adil' tanya Dion protes.
'Karena aku tidak doyan bunga dan puisi,tdk enak dimakan. Cokelat ini tentu lebih enak, dan kamu belinya dg uang halal kan?'
'Tentu saja dgn uang halal. Kamu curang aira,tidak ada bedanya dgn cwek2 dikampus kita, matre..' Dion brkata dg nada emosi.
'Baik. Kamu ingin menjadikanku istrimu? kalau bgitu aku minta syarat..'
'Apa itu, katakan cepat..!' kata Dion tak sabar. Sekeping harapan muncul lg dihatinya yg td sempat padam.
'Syaratnya gampang kok. Datanglah lagi kemari tahun depan, tepat tgl hari ini jg..14 februari...' kata aira.
'Okelah kalau bgitu,aku pasti datang dan aku sabar menunggu. 1thn lagi gak lama..' Dion semangat.
'Eits..aku belum selesei ngomong. yang aku katakan tdi cuma syarat waktu jatuh temponya. Sedangkan syarat pokoknya adalah...saat kamu datang nanti, kamu hrus membawa hafalan surat Ar-Rahman dan kamu bacakan dihadapanku. dan jgn lupa, bawa juga
seperangkat alat sholat dan sebuah mushaf Alqur'an. Kamu sanggup..?
Dion melongo mendengar syarat yg diminta Dion. Lalu aira melanjutkan,
'Kamu boleh datang tahun dpn, atau 2thn, tp tak boleh lebih dr 3thn. jika kamu tidak
dg syarat yg aku minta, maka lebih baek kamu cari org laen utk mjdi istrimu' aira mengakhiri ucapannya.
'Baeklah aira. Aku terima syaratmu. Tunggu aku 1thn lagi..!' jwb Dion mantap,dan permisi pulang.
-----^^^^^**********^^^^^^-----
Bagian 2.
PAGI YANG CERAH..
Hari ini
Dion mengendarai motornya menuju rumah Aira, seorang gadis manis teman
kuliahnnya yg telah membuat hatinya kebat-kebit dalam beberapa tahun
ini. Dion masih dalam senyumnya diatas motor dengan hati berbunga-bunga
dan wajah yg segar. Hari ini, tanggal 17 februari, 3hari lebih lambat dari
tanggal yg telah dijanjikan Aira bahwa ia akan menerima lamarannya seperti
janji Aira. Tapi tak apa, karena Aira memberinya batas waktu hingga 3 tahun.
Masa karena cuma terlambat 3hari saja Aira tak bisa memaklumi, pikir Dion. Dion
juga sudah memenuhi syarat Aira, hafalan surat Ar-Rahman, seperangkat alat
sholat dan sebuah mushaf Alquran telah ia persiapkan.
Dion
teringat betapa beratnya dalam satu tahun terakhir ini perjuangannya dalam
menggapai cintanya kepada makhluk indah bernama Aira. Sejak penolakan cinta
Aira setahun lalu, begitu pulang dari rumah Aira, dion sudah bertekad bulat
akan berubah. Dirinya telah ditempa dengan
tarbiyah di sebuah pondok pesantren di Bandung. Dan hasilnya pun tak
sia-sia, kini gaya playboy nya, cara berpenampilan, dan tutur katanya jauh
berbeda dari dion setahun yang lalu. Dion yg kini telah menjelma menjadi sosok
seorang pemuda islam yg kata orang2 bilang..seorang ikhwan. ^.^
Seminggu
sebelumnya ia sudah sholat istikharah berkali-kali, sudah bepuluh-puluh malam
ia bangun utk sholat malam memohon doa kepada Allah akan niat baik dgn
keputusan melamar Aira. Dan hari ini ia merasa sudah diberikan jawaban oleh
Allah. Bahwa cintanya harus dipertanggungjawabkan dgn segera, tidak boleh
ditunda-tunda lagi karena bayangan gadis itu yg selalu hadir di matanya akan
semakin mengotori hatinya. Niatnya untuk tetap menjaga kesucian hati dan
jasadnya lahir batin tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
------*****-----*****------
Dirumah
Aira..17 februari 2012, siang yg panas.
Aira tengah
terbaring dengah gelisah dikamar tidurnya. Berat bagi Aira untuk memutuskan
sebuah keputusan penting dalam hidupnya,. Aira berpikir, betapa tersiksanya
Dion selama ini akan sebuah janji yg telah ia syaratkan setahun lalu.
Menanti…ya…menanti sebuah jawaban atas sebuah pertanyaan tentang masa depan,
tentang hari-hari yang akan terlewati dan tentang jalan-jalan ilahi. Dan
semuanya adalah proses, ya…. Proses yang harus dilewati. Semoga Dion benar2
berubah., doa Aira dalam hati.
“Assalamu
‘alaikum..”, tiba2 sebuah suara terdengar masuk ke telinga Aira.
Aira bangkit
dari ranjangnya, menuju sumber suara dikamar tamu. Kebetulan hari ini Ayah dan
ibunya sedang tidak ada dirumah karena sedang ada acara pertemuan keluarga
diluar kota.
“ wa’alaikum
salaam…” balas Aira. Aira membuka pintu. Dan melihat sosok dion tersenyum
ramah. Lalu mempersilakan dion masuk
kedalam, dan mereka duduk berseberangan di kursi yg berbeda.
‘Ayah ibumu
kemana Aira..? tanya dion singkat.
“Kebetulan
lagi ada acara dirumah paman. Kenapa..?”
“Gawat, kita
gak boleh begini. Pembantumu ada..?” dion bertanya lagi.
“Ada,
dibelakang..kamu ada perlu sama saya atau sama pembantu sih..?”, seperti biasa,
kalimat tegas Aira langsumh meluncur keluar dari bibirnya. Tapi jawaban yg
didengar Aira dari mulut dion membuat ia tak mampu menyembunyikan malunya.
Wajahnya memerah seketika.
“Maaf Aira.,
kita tak boleh berdua seperti ini. Bukankah agama kita melarangnya? Tolong
panggilkan pembantumu menemani pembicaraan kita. Aku tidak keberatan
pembicaraan kita ini didengar orang lain, krn aku rasa ini lebih aman..” .
Aira
menunduk malu. Yaa Allah, bagaimana aku bisa melupakan hal ini? Batinnya. Aira
sangat2 malu, tp sekaligus ada rasa heran dan kagum kepada sosok dion. Baru
setahun mereka tak bertemu, tp dion benar2 telah berbeda.
Lalu aira memanggil pembantunya, mbok inah, dan menemani mereka dalam satu ruangan.
Dion
langsung melanjutkan.
“Afwan Aira, tak perlu aku basa basi. Aku
datang kesini untuk menagih janjimu kepdaku setahun lalu, dan aku datang dengan membawa segala syarat yg pernah kau
minta..” Dion lalu membuka tas ranselnya yg sudah ia persiapkan dari rumah.
Mengeluarkan isinya dan meletakkan diatas meja didepan Aira.
“Aira..ini
seperangkat alat sholat dan sebuah mushaf Alquran sebagai syarat yang kau minta
dulu. Dan sekarang..aku siap untuk membacakan hafalan surat Ar-Rahman kepadamu.
Apa kamu sudah siap menyimaknya....?”
Aira diam
tak menjawab. Ia ingin menangis, sungguh ia ingin menangis. Dua butir kristal
bening itu telah mengambang disudut matanya hampir jatuh. Ia mengusapnya dengan
segera.
‘Aira, kamu
sudah siap...?” pertanyaan dion membuat aira terkesiap.
“Yaa..aku siap.
Bacakanlah untukku..!” jawab Aira singkat.
Dan
ayat-ayat suci dari surat Ar-Rahman meluncur lembut dari mulut dion. Memang
bacaannya tidak sebagus seorang Qiroah ternama, tapi lantunannya cukup membuat
hati Aira mengharu-biru. Ayat demi ayat telah terucap, Aira mendengarkan dan
menyimak dengan hati yg menggeletar. Ketika bacaan dion sampai pada ayat
“Fabiayyi Alay rabbikumma tukadzibbaan” aira tiba-tiba berseru agak nyaring..
“Stop..hentikan
sebentar dion !” suara membuat dion menghentikan bacaannya.
“Kenapa
Aira...?” tanya dion heran.
“Aku ingin
menangis...ayat itu...” Aira tak sanggup meneruskan ucapannya. Aira benar2 telah
larut dalam tangisan. Dion memahami apa yg dialami Aira. Ia kembali
mengulang-ulang ayat itu beberapa kali sambil memejamkan mata, meresapi
maknanya. Dan tak terasa dion pun ikut menangis. Mbok inah yg tak paham apa2
ikut menitikkan airmata.
Yaa..diruangan
itu, mbok inah menjadi saksi...gema tangis Dion dan Aira mengantar mereka
menemukan jalan Tuhannya. KeagunganNya, Kebesaran kekuasaanNya. Dua anak
manusia yg hanyut dalam lantunan kedahsyatan ayat suci sang Rabbul Izzati.
Setelah
beberapa menit berlalu mereka menghentikan tangisnya.
“Lanjutkan bacaanmu, dion...” Ucap aira.
“Lanjutkan bacaanmu, dion...” Ucap aira.
Dion
menghela nafas sejenak da nmengangguk. Lalu melanjutkan hafalannya sampai
kepada ayat terakhir.
Untuk beberapa menit setelah dion selesai membacakan surat itu, Aira masih dalam diamnya.
Mencoba mengatur ritme detak jantungnya dan gemuruh hatinya yang tak menentu. Setelah berhsil menguasai hatinya ia berucap..
Untuk beberapa menit setelah dion selesai membacakan surat itu, Aira masih dalam diamnya.
Mencoba mengatur ritme detak jantungnya dan gemuruh hatinya yang tak menentu. Setelah berhsil menguasai hatinya ia berucap..
“ Terimaksih dion. Terimakasih.... kamu sudah
mampu melaksanakan syarat yg kuminta. Dan aku bangga padamu. Tak ada alasan
lagi bagiku untuk menolakmu seperti setahun yg lalu. tapi sebelumya, Aira mohon
maaf. Bukannya Aira tidak percaya denganmu. Bukan maksud aira ingkar
janji..Aira yakin dengan niatmu, begitupun juga keikhlasanmu. Tapi ada beberapa
hal yang ingin Aira sampaikan..” Aira kembali menahan suaranya.
“ Jazakillah
ukhti.Tafadhol!” jawab Dion singkat.
“Kamu paham
dengan salah satu fikih dakwah..?” tanya aira sangat hati2 dan suara pelan. Ia
takut membuat dion tersinggung.
“Yaa,
sedikit banyak aku mengerti. Lantas...?” Tanya dion.
“
Begini..seandainya ada dua akhwat yang juga sama-sama shalihahnya, mengharapkan
Dion segera mengkhitbahnya gimana menurutmu..? akwat pertama umurnya 22 tahun,
masih kuliah, namun kedewasaannya mengalahkan umurnya. Dan yang kedua, 30 tahun,
pekerja keras. Nah kondisi akhwat pertama masih aktif dan intensif liqo’nya,
tapi yang kedua kurang intensif bahkan
sangat susah. Karena beban pekerjaan yang kadang memaksanya tidak mengikuti
liqo pekanannya. Dia ini sudah 6 kali melewati masa ta’aruf dengan beberapa
ikhwan, tapi akhirnya tidak jadi karena masalah umur yg membedakan keduanya,
rata2 ikhwan yg pernaf taaruf dengannya mengundurkan diri karena jarak umur yg
tak sesuai dgn kriteria mereka. Nah mana yang akan kamu dahulukan...?”.
“ Bismillah,
inyaAllah aku mementingkan dakwahnya,
aku akan pilih yang kedua untuk menjadi pendampingku, karena dia lebih
membutuhkan dari yang pertama. !”
“ Walaupun
akhwat yang pertama adalah yang kamu cintai?”.
“
Emmmm…insyaallah aku tetep mencoba istiqomah” ada sedikit keraguan dalam
jawabannya.
“
Alhamdulillah. Jika begitu Aira mantap dengan pilihan ini. Dan ini insyaallah
yang terbaik. Dion tahu kan mbak Ratih?
Staff administratis Tata Usaha di Kampus kita?”. sampai di sini Aira berhenti.
“ Iya aku masih
inget. Ada apa?” jawab Dion, sedikit keheranan.
“ Insyaallah
Aira siap dengan sepenuh keyakinan menikah denganmu. Tapi sungguh sangat
egoisnya Aira, jika Aira menikah sementara ada saudara kita yang lebih
membutuhkan, yang harus kita dahulukan, yang butuh dukungan, merana dalam
penantian tanpa kepastian. Yang mulai goyah karena tekanan keluarga dan
lingkungan. Yang mulai menurunkan standar criteria ikhwan calon suaminya karena
usia yang semakin menua. Yang hampir kehilangan pegangan jika kita tidak segera
meraihnya. Dion...Aira ingin, kamu adalah ikhwan itu. Yang sedia mengulurkan tangan,
meraih jari jemarinya, meneguhkan langkah perjuangannya. Tempat mencurahkan
kasih sayangnya. Memberikan bahunya tempat menyandarkan kepalanya ketika penat
menghampirinya.!
“ Tapi….”
Dion seakan sesak karena gugup tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“ bagaiman denganmu? Bagaimana dengan janjimu sendiri Aira...?”.
“ bagaiman denganmu? Bagaimana dengan janjimu sendiri Aira...?”.
“ Bukan
maksud Aira ingkar janji, sungguh bukan. Insyaallah Aira ikhlas dan bahagia
bisa berbagi kebahagiaan dengan saudara sesama muslimah. Semuanya telah Aira
serahkan pada Allah, berat memang sebenarnya, karena bagi Aira kini tak ada alasan
menolak ikhwan sepertimu. Tapi Aira yakin, Allah akan memudahkannya, untuk Aira
dan kamu sendiri”.
“ Tapi bagaimana
aku bisa mencintainya sedang aku belum mengenalnya..??”
“ Afwan Dion, seharusnya pertanyaan itu tidak
kamu tanyakan padaku, tapi pada dirimu sendiri. Karena apa dan karena siapa
kamu menikah..? Ingatlah janji Allah “ Barang siapa menolong agama-Ku, maka
Aku akan menolongnya”. “ Asytaghfirullahal ‘adhiim”. Dan lirih Dion mohon
ampun.
“Tapi aku
hanya mencintai kamu, Aira...! kamu gak bisa mempermainkan perasaanku seenaknya
seperti ini..” suara Dion terdengar agak meninggi.
“
Cinta..cinta akan tumbuh ketika kita mencintai agama-Nya, dakwah dan jihad di
jalan-Nya, bersama-sama!. Yakinlah Allah akan menumbuhkannya, jika kamu
mengupayakannya! Istikharah-lah kembali, moga Allah menunjukkan jalan dan
keputusan terbaik bagi kita.” Panjang lebar Aira meyakinkan Dion
“Kamu egois
Aira. Kamu hanya mementingkan perasaanmu, dan perasaan orang lain diluar
kesepakatan kita, tapi kamu tak perdulikan tentang perasaanku..Lalu mana
janjimu? Janji yg kamu syaratkan padaku dulu...? mana..?” suara Dion kini
benar2 mulai meninggi. Ia mulai tidak bisa mengontrol emosinya.
Aira
memaklumi bagaimana perasaan Dion. Ia rela dimarah-marahi oleh dion. Rela
dikatakan mengingkari janjinya.
“Dion..biarlah
Aira yg menanggung dosa atas terabainya janji ini kepadamu. Aira meminta maafmu
da nmemohon ampun kepada Allah atas tak tertunanainya janjiku. Tapi salah hal
perlu dion ketahui, tidakkah kamu memetik hikmah dari semua ini...?” Aira diam
sejenak.
“Apa maksud
ucapanmu itu? Aku tak mengerti..?” tanya Dion. Volume suaranya masih seperti
tadi, tinggi dan nada sinis.
“Dion..seandainya
setahun lalu kamu tidak kesini dan menyatakan cintamu padaku, seandainya dulu
aku tidak memberimu syarat2 tersebut, apakah kamu akan menjadi seperti ini?
Apakah kamu akan menjadi seorang Dion yg paham akan islam dan memahami esensi
dari sebuah fikih dakwah..?”
Dion tak
menjawab, ia menunduk. “Mungkin tidak...” jawab singkat itu akhirnya yg keluar
dari mulutnya.
Aira
tersenyum. Lalu melanjutkan,
“Karena itu
bersyukurlah Dion. Hari ini kamu memang tidak mendapatkan cintaku, tapi kamu
telah mendapatkan cinta dalam bentuk yg lain, cinta yg sebenar-benarnya cinta,
yaitu cinta Allah..berupa hidayahNya. Pernyataan cintamu kepadaku setahun lalu
adalah jalanmu untuk menjemput hidayah itu. Seandainya dulu kamu tidak
menyatakan cinta padaku, maka kamu akan tetap menjadi Dion yang dulu, yang suka
mempermainkan hati perempuan, yang pacarnya bisa berganti-ganti dalam setiap
minggu seperti berganti baju, yg sama sekali tidak mengenal apa itu agama
islam, tidak bisa mengaji, tidak kenal yg namanya Alquran, apalagi apa itu
sholat......” Aira menjelaskan panjang lebar.
Dion
menunduk semakin dalam. Air mukanya jelas menyiratkan kesedihan juga penyesalan
yg amat sangat. Bayangan masalalunya kembali terekam sejenak dikepalanya.
“
Dion...terimaksih untuk bacaan alquranmu, hafalanmu, mushaf Alquran ini dan
perangkat sholat ini. Maaf, Aira tidak bisa menerimanya. Barang2 ini lebih
pantas kamu berikan kepada mbak ratih sebagai maharmu untuknya. Dan hafalan
surat tadi...semoga menjadi tambahanmu dalam memberikan mahar utk beliau, mbak
ratih. Hampir tidak ada dijaman sekarang, seorang ikhwan mengkhitbah seorang
wanita dengan bonus hafalan surat Ar-Rahman. Maka berbanggalah dion. Percayalah...surga
itu ada didepan matamu kini. Aku melihat cahaya surga itu di matamu.....?”
“Sekarang
jawablah satu pertanyaanku, kamu ingin menikah karena Allah atau karena sayarat
yg aku ajukan dulu...?” tanya Aira hati2.
Dion menatap
Aira sebentar, lalu menjawab:
“Astaghfirullah..kamu
benar Aira. Dulu aku berniat melamarmu karena syarat yg kamu ajukan.,bukan
karena Allah. Seandainya kamu tak mengajukan syarat itu, aku tak mungkin
menjadi seperti sekarang ini. Aku menyadari kekhilafanku. Syukron..jazakillah
ukhti atas semuanya. Sungguh pelajaran yang berharga baru untukku.. “.
“ Wa
iyyakum. Dion, menikah dengan orang yang kamu cintai adalah pilihan, tapi
mencintai orang yang kamu nikahi adalah keharusan. Pilihlah yang kedua, moga
Allah melimpahkan barakah-Nya”.! Pesan Aira kepda Dion untuk kesekian kalinya.
“ Aamiin.
Insyaallah. Tapi kita masih tetap berteman kan?”. Giliran Dion mengajukan
pertanyaan.
“ Kita
sesama muslim adalah saudara dan kita tetap berteman. Tapi ada batas-batas
syar’i yang harus kita patuhi.” Jawab Aira tegas.
“ Pasti ya
ukhti. Jazakillah “ ucap Dion pendek.
“ Wa
iyyakum...” Aira tersenyum senang.
“ Kalau
begitu, besok kamu harus menemaniku ke rumah mbak ratih. Aku akan melamarnya.
Eh tapi gak perlu taaruf lagi kan...?
kan kamu sudah merokemdasikan...?” tanya Dion menggoda. Ada senyum kini
dibibirnya, tidak cemberut lagi seperti tadi.
“InsyaAllah....kita
kesana besok bersama-sama” jawab Aira.
“Baiklah...aku
pamit pulang Aira. Assalamualaikum....”
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..”.
Malam
harinya Aira benar2 sulit memejamkan mata. Bayangan tadi siang akan percakapannya
dengan dion bagaikan slide-slide kehidupannya yg berjalan dan menari-nari
dikepalanya. Terekam jelas di memori otaknya.
“Ah..Dion..”, gumam bibir Aira, “adalah munafik jika kukatakan aku tidak mendambakanmu.
Tapi mbak ratih lebih membutuhkanmu daripada aku.
Yaa Allah, ampunilah aku atas terabainya sebuah janjiku kepada Dion.
Jika itu memang sebuah dosa, maka aku tahu rahmatMu lebih besar daripada murkaMu.
Engkau Maha Tahu yang ada dalam hati hambaMu ini..
Semua aku lakukan untk kebahagiann saudaraku yg lain,
Apakah menjadi sebuah dosa jika aku mendahulukan saudaraku daripada kepentingan diriku sendiri...?
Allah..Engkau Maha tahu yang terbaik lebih dari apa yg hamba mau.
Berikan keberkahan dan ridhoMU kepada saudaraku Dion, dan mbak ratih.
Jadikan
mereka berdua sebagai hambaMu yg akan saling mencintai dikala dekat, saling
menghormati dikala jauh, saling mengingatkan untuk kebaikan dan ketakwaan,
serta saling menyempurnakan dala mkekurangan dan beribadah..
Aamiin..Aamiin yaa Rabbal Alamiin.
Aamiin..Aamiin yaa Rabbal Alamiin.
Lalu Aira
bangkit sejenak dari ranjangnya, mengambil buku diarinya, dan menuliskan
sesuatu disitu:
Allah..PadaMu
ku titipkan cintaku. PadaMu ku titipkan rinduku..
PadaMu pula ku pasrahkan raga ini, meskipun aku masih dalam tahap belajar untuk mencintaiMu.
PadaMu pula ku pasrahkan raga ini, meskipun aku masih dalam tahap belajar untuk mencintaiMu.
Tanamkan
dalam diriku kesabaran, ketulusan, dan rasa cinta yang akan datang dariMU, dan
akan bermuara kembali kepadaMU.
Bagiku cukup
Engkaulah dihatiku, yaa Allah..
Dan aku yakin , Engkau aka nmempertemukan aku dgn hambaMu yg lain..
Yang lebih baik daripada Dion.
Dan seseorang itu..siapapun dia...
Dan aku yakin , Engkau aka nmempertemukan aku dgn hambaMu yg lain..
Yang lebih baik daripada Dion.
Dan seseorang itu..siapapun dia...
Biarlah takdirMu jua yang akan mempertemukan kami,
Jika bukan disini didunia ini, tapi di surgaMu yang tinggi..
17, februari
2012..
Untuk saudaraku: Dion Satya Atmaja..Valentine Ini, Aku Ingat Kamu !
Untuk saudaraku: Dion Satya Atmaja..Valentine Ini, Aku Ingat Kamu !
---TAMAT—TAMAT---TAMAT--
Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Banyak sayang dan cinta
Wassalamualaikum..
---------------------------
Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Banyak sayang dan cinta
Wassalamualaikum..
---------------------------
::
Alhamdulillaaaahhhh..haah selesai juga akhirnya “Beban Moralku” dalam
perjalanan panjang menulis note ini.
Tahu bagaimana perasaan hatiku saat ini..? Kayak abis bayar utang semilyar ! :D
Yaa..udah 3hari ini diriku merasa berdosa kpd teman2 dumay karena menggantung janji tentang kisah ini. Dan akhirnya terbayar sudah hari ini..
Tahu bagaimana perasaan hatiku saat ini..? Kayak abis bayar utang semilyar ! :D
Yaa..udah 3hari ini diriku merasa berdosa kpd teman2 dumay karena menggantung janji tentang kisah ini. Dan akhirnya terbayar sudah hari ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar